Senin, 12 November 2018

Contoh Artikel Penelitian



PENAMAAN SURYAKANCANA DI MASYARAKAT CIANJUR SEBAGAI
BAHAN PEMBELAJARAN CERPEN DI KELAS X SMK NURUL ISLAM TAHUN PELAJARAN 2017-2018

Diki Hilman
Universitas Suryakancana
Gmail: dikihilman307@gmail.com

ABSTRAK
           Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penamaan Suryakancana di Masyarakat Cianjur, unsur intrinsik Cerita Suryakancana di Cianjur, dan mengetahui kemapuan siswa kelas X SMK Nurul Islam dalam menganalisis intrinsik cerita Suryakancana di Cianjur. Metode yang digunakan adalah metode desktiptif yang memusatkan pada masalah-masalah aktual dengan mengumpulkan data yang disusun, dijelaskan, kemudian dianalisis. Teknik penelitian yang digunakan yaitu wawancara, tes, dan angket. Hasil penelitian melalui wawancara tentang cerita tersebut dibuat cerpen dan divalidasi sebagai bahan pembelajaran. Teks bahan pembelajaran itu digunakan untuk merekrut data pemahaman siswa pada cerita Suryakancana dari aspek kebudayaan dan aspek perwujudan. Cerita Suryakancana terdapat unsur intrinsik yaitu tema, Alur, Tokoh, Latar, Sudut pandang, Gaya Bahasa, dan Amanat. Kemampuan siswa kelas X-AP 3 SMK Nurul Islam dalam menganalisis unsur intrinsik Cerita Suryakancana di Cianjur sudah baik dengan rata-rata 90. Kemampuan siswa tersebut tercermin dalam memahami unsur intrinsik yang disajikan dalam soal pemahaman dengan tingkat penguasan antara 86%-95%. Secara rinci pemahaman pada tiap unsur intrinsik Cerita Suryakancana, sebagian kecil siswa mengalami hambatan dalam menentukan tema, alur, latar suasana, dan amanat. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu adanya peningkatan pembelajaran dengan berlatih menganalisis cerita-cerita menarik lain yang terdapat di daerah sekaligus memahami unsur intrinsiknya.
Kata kunci: Suryakancana, Pembelajaran, Cerpen

ABSTRACT
             The aims of this research are to describe naming of Suryakancana in Cianjur urban society, intrinsic element of Suryakancana story in Cianjur, and to find out the ability of students at X class in SMK Nurul Islam in analysing the intrinsic element of Suryakancana story in Cianjur. This research uses descriptive method which focus on actual problems with gather the data that is arranged, explained, then analyzed. Technic of data collection are interview, test, and questionnaire. This research through interview about the story to make a short story and validated as the study method. The text of the learning was used to recruit students’ understanding data on the Suryakancana story of the cultural aspects and aspects of embodiment. Intrinsic element that found in Suryakancana story are theme, plot, character, place, viewpoint, language style, and message. The ability of students at X class in SMK Nurul Islam in analysing intrinsic element of Suryakancana story is good with average 90. That student's ability is reflected in undertanding the intrinsic element presented in the matter of understanding with the mastry lavel between 86% - 95%.  in detail the understanding of each intrinsic element of the Suryakancana story, some of the students face the obstacle in determining theme, plot, place, and message. Therefore, it needs improvement in teaching learning with practice analysing other interesting stories in region and also understanding the intrinsic element of story. 
Keywords: Suryakancana, Teaching, Short Story.

PENDAHULUAN

 Pengetahuan mengenai nama, disebut onomastika. Ilmu ini dibagi atas dua cabang, yakni pertama, antroponim, yaitu pengetahuan yang mengkaji riwayat atau asal-usul nama orang atau yang diorangkan; kedua, toponimi, yaitu pengetahuan yang mengkaji riwayat atau asal-usul nama tempat Rais dalam Sudaryat (2009: 9. Penamaan nama tempat sangat berperan baik karena sejarah penamaan dapat membantu dalam pelestarian budaya. Penamaan atau penyebutan (naming) termasuk salah satu dari empat cara dalam analisis komponen makna (componential analysis), tiga cara lainnya ialah parafrase, pendefinisian, dan pengklasifikasian (Nida dalam Istiana, 2012:16). Salah satunya seperti penamaan nama-nama tempat yang berada di Cianjur yang menggunakan nama Suryakancana. Penamaan Suryakancana di Cianjur tidak terlepas dari pengaruh sejarah yang pernah ada, seperti salahsatu sejarah yang berpengaruh bagi masyarakat Cianjur. Dapat dilihat dari penggunaan nama Suryakancana yang dijadikan sebagai nama tempat, seperti nama Kampus Universitas Suryakancana dari nama-nama tersebut merupakan beberapa nama yang dilatarbelakangi sejarah Cianjur. Pada umumnya masyarakat belum mengetahui secara pasti terhadap pemberian nama yang menggunakan istilah Suryakancana. Karena kurangnya pengetahuan mengenai cerita atau sejarah yang ada di Cianjur. Ketika hal ini diangkat dalam kegiatan pembelajaran, keragaman budaya khususnya toponimi dapat menambah pengetahuan siswa akan pengetahuan lokal. Siswa dapat pula mengambil amanat atau pesan yang begitu sarat terkandung dalam sejarah penamaan tempat khususnya toponimi mengenai penamaan Suryakancana dan siswa lebih termotivasi untuk mengetahui lebih dalam mengenai toponimi daerahnya sendiri.
Berdasarkan kajian dan penelitian peneliti tentang penamaan dan pengetahuan masyarakat terhadap toponimi. Rendahnya pengetahuan siswa dalam memahami toponimi Suryakancana dipengaruhi oleh kurangnya minat dari siswa untuk mengetahui dan memahami penamaan sebuah tempat. Selain itu, kurangnya buku-buku atau informasi mengenai toponimi mengakibatkan masyarakat dan siswa kurang memahami mengenai hal tersebut. Keberadaan mata pelajaran sejarah seharusnya juga menjadi media yang tepat untuk menyampaikan sejarah dari penamaan sebuah tempat atau daerah, misalnya melalui pembelajaran cerpen. Pembelajaran cerpen, dapat membantu siswa untuk lebih memahami ilmu toponimi dalam bentuk sejarah penamaan.

METODE

Penelitian model deskriptif (descrivtive reasearch) adalah penelitian untuk menggambarkan atau menjelaskan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi tertentu. (Stephen Isaac dalam Sanjaya Wina, 2016). Metode desktiptif yang memusatkan pada masalah-masalah aktual dengan mengumpulkan data yang disusun, dijelaskan, kemudian dianalisis. Teknik penelitian yang digunakan yaitu wawancara, tes, dan angket.

ASPEK TOPONIMI DAN CERITA SURYAKANCANA CIANJUR  

Penamaan tempat atau toponimi memiliki beberapa aspek (Sundari, 2009: 12) antara lain, (1) aspek perwujudan, (2) aspek kemasyarakatan, dan (3) aspek kebudayaan. Aspek wujudiah atau perwujudan (fisikal) berkaitan dengan kehidupan manusia yang cenderung menyatu dengan bumi sebagai tempat berpijak dan lingkungan alam sebagai tempat hidupnya. Aspek kemasyarakatan (sosial) dalam penamaan tempat di Jawa Barat berkaitan dengan interaksi sosial atau tempat berinteraksi sosial, termasuk kedudukan seseorang di dalam masyarakatnya, pekerjaan dan profesinya. Di dalam penamaan tempat di Jawa Barat banyak sekali yang dikaitkan dengan unsur kebudayaan seperti masalah mitologis, folklor, dan sistem kepercayaan (religi).
 Penamaan Suryakancana diambil dari aspek kebudayaan dan aspek perwujudan. Pertama, Aspek Kebudayaan Penamaan Suryakancana diberikan atas dasar rasa hormat dan populernya cerita Suryakancana di masyarakat Cianjur. Cerita Suryakancana di Cianjur berkembang pesat hampir mengalahkan cerita Dalem. Cerita Suryakancana sering dikaitkan dengan cerita kuda kosong, yang menceritakan Raden Suryakancana sedang menunggangi kuda tersebut. Penamaan Kampus dengan menggunakan nama Suryakancana atau Eyang Suryakancana tidak salah karena nama kampus tersebut mencerminkan masyarakat Cianjur. Selain itu, Penamaannya diambil dari asal usul sejarah/cerita rakyat yang ada di Cianjur sendiri yaitu cerita Suryakancana dan digunaknlah sebagai nama kampus yaitu Universitas Suryakancana. Kedua, Aspek Perwujudan yaitu Suryakancana, Surya bermakna Cahaya dan Kancana bermakna Emas.
Cerita Suryakancana Cianjur
No.
Aspek Toponimi
Kutipan
1.  
Aspek Kebudayaan
Penamaan Suryakancana tersebut diberikan dari rasa hormat, dan menyegani terhadap Suryakancana yang phenomenal di masyarakat Cianjur, akibat dari tingginya pamor Suryakancana di Cianjur mengakibatkan masyarakan merasa nyaman atau enak dan menarik ketika mendengar nama Suryakancana bahkan di Cianjur sendiri lebih tersohor Suryakancana daripada Dalemnya sendiri, sampai dengan cerita kuda kosong pun katanya ditunggangi oleh Suryakancana atau Eyang Suryakancana dan tidak salah juga salah satu kampus di Cianjur diberi nama Universitas
Suryakancana karena diambil dari asal usul


sejarah/cerita rakyat yang ada di Cianjur sendiri yaitu cerita Suryakancana dan digunakenlah sebagai nama kampus yaitu Universitas Suryakancana.
2.  
Aspek Perwujudan
Yang dimana Suryakancana itu sendiri memiliki makna “Surya atau Cahaya” sedangkan “Kancana atau Emas” 

IDENTITAS CERPEN CERITA SURYAKANCANA CIANJUR

Cerita Pendek “Cerita Suryakancana Cianjur” merupakan cerpen rekaan atau fiksi yang dilandasi hasil wawancara tokoh masyarakat Cianjur. Secara jelas, cerpen yang dimaksud disajikan sebagai berikut.

CERITA SURYAKANCANA CIANJUR
 (Abdullah Nugraha)
Editor: Iis Ristiani
Di tengah hutan yang jauh dari pemukiman, seorang anak remaja terlihat berlari.  “Kejar!!!” dengan suara lantang ia berteriak ketika melihat seekor buruan di depan matanya. “Aku tak akan biarkan dia kaburrr,” bisiknya. Ia berlari mengejar buruannya. Tak sia-sia ia berlari pontang-panting, setelah tertangkap buruannya itu. Digenggamnya buruan itu seraya berkata,”Horee!! Menu makan malam ini spesial ayam hutan yang lezat”. Sore itu ia tampak bahagia sekali. 

Hari mulai malam terdengar sayu-sayup adzan magrib berkumandang. Menuntunya melangkah untuk segera pulang. Suasana dusun yang penuh dengan kedamaian membuat anak remaja ini tumbuh menjadi sosok yang baik, ramah, dan rajin. Ia lahir dari keluarga sederhana. Hidup dan dibesarkan oleh ibu seorang.  Meski terkadang ada rindu pada sosok ayah yang tidak pernah ada dalam hidupnya. Karena itu pula, sejak kecil ia selalu siap untuk membantu dan menjaga ibu dari segala mara bahaya.

Tidak terasa, ia sudah sampai di kampungnya. Jarak kampung dan hutan tidak terlalu jauh. “Dapat apa hari ini?” Terdengar kakek dengan suara serak, seraya menatap Raden (panggilan kakek kepada murid kesayangannya yang beranjak dewasa itu)
“Ayam hutan, Ke” jawab Raden sambil mengulurkan tangannya, mencium penuh hormat tangan Kakek. 
Kakek yang bernama lengkap Syarif Hidayatulloh yang tak lain adalah Kepala Dusun di kaki Gunung Gede Pangrango. Sosok ini yang selalu menasihati dan selalu bercerita tentang kehidupan yang penuh keilmuan. 
“Hmmm… lekas pulang, ibumu pasti mencarimu” ujar Kakek pada Raden. “Iya, ke”. “Raden pulang dulu”.

Paras yang tak lagi muda, dengan sabar dan penuh harap meski terkadang tampak khawatir menunggu di depan rumah yang sama tuanya. Gubuk kecil yang sudah lapuk termakan waktu. Meski beratapkan daun kelapa tua, namun penghuninya penuh kehangatan dan kedamaian.
“Raden pulang, Bu”, ucap Raden seraya mencium tangan ibunya.
“Ibu khawatir, Nak”, sudah mau malam kamu baru pulang sambil memeluk dan mengusap rambut Raden.
“Sudah sana masuk. Segera mandi dan pergi ke surau. sholat dan mengaji” 
“Iya, Bu”.

“Anak-anak hidup ini penuh dengan cobaan penuh dengan hal-hal yang buruk dan jika kita merasakan cobaan sebesar kapal, maka yKakeknlah nikmat Alloh sebesar lautan, Alloh Tuhan kita akan selalu ada untuk kita, untuk umatnya yang taat akan ibadah kepadanya. Dengan taat kepadanya, niscaya jalan terang akan terlihat serta memberikan pertolongan untuk kita semua,” kata-kata yang diucapkan Kakek selalu terngiang di telinga Raden. Dalam lamunan, Raden berharap dapat terus tinggal di dusun yang nyaman ini, mengaji, dan mendengar cerita Kakek. Sungguh Raden merasa nyaman tinggal di sini. Apalagi membahagiakan dan berbakti kepada orang tuanya yang tinggal ibunya sendiri.
Dari upuk timur di penghujung malam, fajar mulai menyingsing beriringan dengan suara alam yang kian melengkapi rasa kedamaian.  “Bu..!!!” Raden pergi berburu dulu yaa” 
“Iyaa.. hati-hati” ujar sang ibu.
“Iya bu” sahut Raden.

Semua perlengkapan berburu telah siap, namun entah kenapa hari ini hati Raden sedang gundah. Entah apa yang akan terjadi. Hanya Allah yang tahu.
Sesampainya di hutan, sekilas terlihat bayangan sekor kelinci lewat dengan cepat menyusuri rumput hijau yang lebat. Seketika Raden dengan sigap berlari tanpa bersuara bak harimau mengintai mangsa dengan taring yang siap menerkam sang mangsa. Busur pun siap dibidikan pada buruan. “Pletakkk”. Busur yang ia keluarkan patah seketika. “Innalillaahi”, gumamnya. Dalam hatinya ia berkata, “kenapa bisa terjadi, tak biasanya busur patah seperti ini”? Raden mendadak gelisah, mungkinkah ini ada pertanda buruk? Seketika Raden mendadak ingin pulang cepat ke rumah. menembus hutan. Menerjang rumput liar yang tinggi menjulang. Raden berhenti di tebing kaki gunung sambal melihat pemandangan aneh yang penuh tanya. Pemandangan yang membiuatnya lemas dan tak berdaya. Dengan segera ia berjalan, didapatkannya rumah-rumah banyak yang dibakar. “Apa yang terjadi?” bisik hatinya. “Mengapa dusun ini diluluhlantahkan seperti ini?”. Beribu tanya dalam pikirnya. Tidak sadar, Raden menangis dan berteriak, “Ibu, Ibuu, Ibuuuu!!!” Raden menyeruak sambil membayangkan wajah ibunya.  Ia berlari sesegera mungkin menuju rumah menyisiri rumput-rumput liar yang menjulang.

“Ibuuu....., Ibu dimana, jawab bu ini Raden!” Air mata seketika tumpah tidak terbendung ketika melihat bercak darah berceceran di lantai yang membuat Raden lemah terkulai. Ia terlihat kalang kabut mencari ibu yang tiada di rumah. Raden pun beranjak mencari keluar rumah dan mengelilingi dusun dengan hati-hati. Begitu menyayat hati ketika semua rumah dibakar dan warga dusun dibunuh. Raden terus mencari ibunya.

“Raden, cepatlah pergi dari sini, masa depanmu masih panjang biar kami yang sudah tua menghadapi ajal lebih dulu”. “Cepat pergi dari dusun. Mengungsilah ke dusun lain..!!” Teriak Kakek kepada Raden. Dengan air mata yang mengalir dan seakan kematian di ujung tanduknya. Kakek tetap meminta Raden pergi.
“Raden tidak bisa, Ke, Raden harus mencari ibu”. Dengan berat hati, Raden pergi meninggalkan sosok yang dikaguminya dalam keadaan yang menyedihkan. Melangkah lebih jauh. Raden terus mencari sosok ibu. Kobaran api membakar hampir seluruh dusun tapi Raden yakin ibunya masih ada. 

“Tolong...tolong”??. Suara yang tak asing terdengar oleh Raden, dengan cepat Raden berlari menuju suara yang diyakini suara ibunya. Tapi sayang suara itu kian menghilang. Suara itu sudah tidak ada. Begitupun dengan para penjahat yang membakar serta menjarah dusun, mereka pergi tanpa menyisakan apapun di dusun yang penuh kedamaian itu. 

Raut wajah sedih bercampur amarah, Raden bersumpah menghapus keberadaan para penjarah yang telah mengambil semua hasil pertanian warga.  Menghancurkan seisi dusun. Raden berjanji dan bersumpah untuk mencari dan menebus nyawanyawa warga yang hilang.
Dari kejadian itu Raden kian tumbuh menjadi anak remaja yang kuat dalam menghadapi kenyataan. Raden mencoba tegar dan ia mengembara dari satu dusun ke dusun lain. Dari situlah, ia balajar tentang kehidupan. Belajar tentang mempertahankan diri dengan ilmu bela diri yang dipelajarinya dan membuat Raden mampu menjaga dirinya itulah awal mula perjalanan yang sesungguhnya.

Tibalah Raden di dusun sebrang. Di dusun inilah Raden memulai hidup baru sebagai pribadi yang kuat dan disegani. Di sini Raden tumbuh menjadi seorang yang berakhlak baik dan ia selalu bercerita tentang kehidupan sama seperti Kakek Syarif Hidayatulloh yang dulu dilakukan. 
Berhembus kabar tentang para penjarah dusun yang semakin membabi buta, hingga berita itu sampai ke telinga Raden. Membuat luapan amarah kian memuncak tiap kali mendengar hal itu. Amarah dan sumpah Raden tumbuh karena mereka yang telah merenggut semuanya dan Raden berjanji tidak akan membiarkan kejadian itu terulang kembali di dusun ini. Raden akan menjaga dan akan melawan para penjahat yang telah membakar dan menjarah dusunya.

Pada malam Jumat ini sebagaimana mestinya, Raden selalu berada di mesjid membaca ayat suci Al-Quran dan bercerita tentang kehidupan kepada anak-anak.  Dalam lamunan, Raden berkeluh kesah. Andai alam ini damai dan tidak ada orang jahat mungkin saja bumi ini akan tersenyum.

“Tok.. tok... tok... tok..tok…?” terdengar suara kentungan tanda bahaya. Pertanda peringatan, ada yang menyerang dusun. Seiring dengan itu, terdengar suara warga yang terdengar dari luar. Seketika Raden berdiri dan membawa kujang. “anak-anak cepat pergi ke ketempat yang aman cepat.” ujar Raden kepada anak-anak. Api yang berkobar di rumah-rumah penduduk seakan teringat kembali kejadian yang lalu dan kembali menggema janji dan sumpahnya. Amarah dan janji untuk membalas kebencian kepada penjahat yang telah menjarah dusunnya dulu semakin memuncak. Raden berlari mendekti para penjahat yang membakar rumah-rumah warga dan memulai perkelahian dengan bersenjetakan kujang, untuk membantai habis para penjahat. Raden bekerja keras. Meski kobaran api tidak dapat dihindari, tapi akhirnya dusun kembali aman dan penjahat mundur tak tentu arah.

“Inilah saatnya kita melawan para penjarah yang sudah meresahkan dan membuat kita menderita”!! ujar Raden kepada para warga.
“Setuju.. setuju... setuju....” suara mulai bersahutan tanda dukungan kepada Raden untuk memulai perlawanan kepada penjahat.
“Tapi kita hanya sedikit, mana mungkin bisa mengalahkan mereka sedangkan jumlah mereka lebih banyak” terdengar dari kerumunan warga.
“Kita akan minta bantuan dusun lain biar saya yang meminta bantuan” ujar Raden kepada warga dusun. 

Dalam waktu empat hari Raden telah mampu mengumpulkan warga yang siap meneguhkan hatinya untuk memberantas para penjahat yang suka menjarah. Yang dikabarkan mendiami dusun yang dulu ditinggalkannya. Berita tentang dusundusun yang memberontak kepada para penjarah menyebar seperti udara yang menghembus cepat. Menyebar dari dusun satu ke dusun lainnya. Mengukuhkan semua warga dusun untuk bersatu melawan para penjarah. Sungguh banyak warga dusun yang menginginkan kedamaian. Mereka berkumpul dan membuat Raden bersemangat. 

Tibalah hari dimana peristiwa besar terjadi. Suara Raden berkobar seakan membakar semangat warga untuk mengusir dan memberantas para penjahat. Raden memulai penyerangan menantang para penjahat dan diiringi rasa ingin membalaskan kebencian terhadap penjahat untuk para penduduk dusun yang dulu mati.
“Jangan taku, hancurkan para penjarah ini demi kedamian kita, demi saudarasaudara kita yang sudah meninggal” ujar Raden. Kujang pun diacungkannya Tanda untuk menyatukan warga.

“Siapa yang berani menantang kami akan kami bunuh tanpa ampun”. Suara keras dan sosok yang ditunggu muncul Ia adalah biang otak dari segala pembunuhan dan penjarahan di dusun-dusun. Tidak lain pemimpin para penjarah yang terkenal sadis tanpa ampun. Dialah Kirun. Namun Raden tidak gentar dan tidak urung melihatnya. Akan tetapi semangatnya semakin memuncak dan melihat tujuannya selama ini telah mendekati akhir!!
“Kalian yang telah membunuh para wargaaa... ibu kuuu... dan orang yang aku cintaii. Dusunku yang dulu kau bakar akan kubayar tuntas malam ini dengan darah kalian”. Sumpah yang bergema diiringi amarah, Raden menangkis serangan Kirun yang terus menyudutkan serangannya tanpa memberi celah kepada Raden untuk membalas serangannya. 
“Sreeeet”. Sayatan parang mengenai bahu Raden. Darah seketika mengalir diiringn jeritan kesakitan. Raden berpikir apakah ini akhir hidupnya tanpa berhasil membalaskan kematian warga dusun dan menjaga kedamaian di kaki Gunung Pangrango. Bayang-bayang sang ibu mendadak datang. Di saat itulah Raden kembali teringat ibunya yang tiada.

Teriak Raden “tak akan kubiarkan kau hidup sampai tetes darahku habis akan kubawa kau ke alam baka” teriakan Raden membuat Kirun gentar melawan. Seakan mendadak ketakutan ketika melihat raut wajah Raden yang penuh ambisi ingin membunuhnya.Bukanlah Kirun kalau mundur dalam perang” ujar Kirun dan dengan segera melayangkan parangnya. Dengan sigap Raden menangkis dan mulai menyerang balik dengan kujang dan Raden mampu menyayat lengan Kirun. Walapun Raden sedikit kewalahan namun dengan satu sayatan pun cukup membuat Kirun tersungkur dan mundur seakan ketakutan akan seranga berikutnya. Raden pun tidak memberikan Kirun celah untuk menyerang. Disaat Kirun tersungkur, Raden mengambil langkah dan menusuk mata Kirun. 

“Seeebb” Aaaaaaawww!! Kirun menjerit karena tidak dapat menghindari kujang yang menembus matanya. “ampuunn aku menyerah aku berjanji tidak akan mengulangi perbuatan aku. Tolong kasihanilah aku”. Suara Kirun yang memohon dan tangan memegangi mata kanan yang tak lagi bisa melihat. Mata yang terus mengeluarkan darah kian menutupi pipi dan tangan Kirun. Namun Raden tidak memberikan kesempatan hidup kepada Kirun. Kebencian hati dan sumpah yang kian membatu. Raden pun siap menggorok leher Kirun. Namun saat itu pula Raden berhenti dan menangis. “apa yang telah aku perbuat bila aku membunuhnya karena kebencian. Kalau seperti itu aku sama saja sepertinya”. dengan cekatan Raden meringkus dan mengikat Kirun. Memerintahkan Kirun untuk menarik pasukannya mundur dari perang. Darah yang berceceran dimana-mana. Korban yang bergeletakan seakan menghiasi malam yang begitu panjang. Raden seakan tertunduk sambil meneteskan air mata. Raden menangis haru melihat warga yang rela memberikan nyawa demi kedamaian.

“Biarlah di sisa malam ini menjadi saksi bisu menuju kedamaian yang memang tujuan kita sebenarnya”. Di atas batu. Raden berdiri dan surya seakan menyongsong tanda hari baru mulai tiba dan memperlihatkan sosok Raden yang bercahaya seperti emas. “Dengan ini saya nyatakan kita akan bersatu dan hidup damai dalam satu tempat dengan nama Cianjur agar kita hidup tentram sama seperti air yang mengalir dari hulu ke hilir yang memberikan kehidupan dan manfaat untuk warganya”, dengan penuh rasa haru, Raden mengatakan kata-kata yang penuh makna. Sejak itulah para warga berbondong-bondong membangun kembali sebuah daerah dengan nama Cianjur dan Raden ditunjuk sebagai pemimpin mereka dan diberi gelar Suryakancana yang memiliki arti cahaya dan emas. 

*****
(cerpen ini sudah mendapat validitas, dikaji dan mendapat persetujuan ahli) 

UNSUR INTRINSIK CERPEN PENAMAAN SURYAKANCANA DI MASYARAKAT CIANJUR

Unsur intrinsik yang terdapat pada cerpen “Cerita Suryakancana Cianjur”. Antara lain sebagai berikut. (1) Tema. Tema yang terkandung dalam cerpen yaitu (Perjuangan) seorang anak remaja yang menjadi pemimpin suatu daerah setelah memberantas penjarah. Bukti pemberantasan penjarah tersebut terbukti ketika Raden mengalahkan penjarah serta menyatukan masyarakat dan hidup damai dalam satu tempat yaitu Cianjur. (2) Alur. Alur yang digunakan adalah alur maju karena ceritanya bergerak maju dari awal sampai akhir. Terlihat dari Cerita Suryakancana Cianjur menceritakan seorang anak remaja yeng menjadi seorang pemimpin. (3) Tokoh dan penokohan. a) Tokoh utama. Raden, seorang anak yang baik, ramah, rajin, sigap, kuat,  dan berbakti kepada ibunya serta mampu membawa masyarakat menjadi damai, dijuluki sebagai Suryakancana. b) Tokoh sampingan. Tokoh sampingan yang ada dalam cerpen yaitu: Kakek Syarif Hidayatullah, seorang kepala dusun yang bijaksana, Ibu, seorang orang tua yang selalu menghawatirkan anaknya, Penduduk/warga memiliki watak yang baik dan ramah, dan Kirun memiliki watak jahat, selalu menjarah dan meluluhlantahkan dusun-dusun. (4) Latar. a) Latar tempat yang ada dalam cerpen yaitu di tengah hutan yang jauh dari pemukiman seperti pada kutipan “Di tengah hutan yang jauh dari pemukiman, seorang anak remaja terlihat berlari” Selain di tengah hutan yang jauh dari pemukiman, latar tempat yang digunakan adalah di depan rumah, mesjid, diatas batu dan dari dusun ke dusun. b) Latar waktu yang ada dalam cerpen yaitu: hari pun mulai malam, dapat apa hari ini, sudah mau malam, tibalah Raden di dusun sebrang, pada malam jumaat ini, dengan waktu 4 hari, dan biarlah disisa malam ini, seperti pada kutipan.
Hari mulai malam terdengar sayu-sayup adzan magrib berkumandang.
Menuntunya melangkah untuk segera pulang.

“Dapat apa hari ini?” Terdengar kakek dengan suara serak, seraya menatap Raden “
“Ayam hutan, Ke” jawab Raden sambil mengulurkan tangannya, mencium penuh hormat tangan Kakek. 

Tibalah Raden di dusun sebrang, di dusun inilah Raden memulai hidup baru sebagai pribadi yang kuat dan disegani”.

Pada malam jumaat ini sebagaimana mestinya, Raden selalu berda di mesjid membaca ayat suci Al-Quran dengan indah serta bercerita tentang kehidupan kepada para anak-anak.

Dengan waktu 4 hari Raden telah mampu mengumpulkan warga yang siap meneguhkan hati untuk memberantas para penjarah. Yang dikabarkan mendiami dusun yang dulu ditinggalkannya

biarlah disisa malam ini menjadi saksi bisu menuju kedamaian yang memang tujuan kita sebelumnya” c) Latar suasana yang digunakan bermacam-macam, suasana nyaman, menyedihkan, menegangkan, dan menggembirakan. “ibu khawatir nak, sudah mau malam kamu baru pulang” sambil memeluk dan mengusap rambut Raden”. (5) Sudut Pandang. Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga karena pengarang menggunakan nama orang dalam membawakan ceritanya. (6) Gaya Bahasa. a) Asonansi. Majas Asosiasi atau ada juga yang menyebutnya sebagai perumpamaan adalah majas yang membandingkan dua hal yang beda, tapi dianggap sama. “Seketika Raden dengan sigap berlari tanpa bersuara bak harimau mengintai mangsa dengan taring yang siap menerkam sang mangsa”, b) Hiperbola“Anak-anak hidup ini penuh dengan cobaan penuh dengan hal-hal yang buruk dan jika kita merasakan cobaan sebesar kapal, maka yakinlah nikmat Alloh  sebesar lautan,... (7)Amanat yang terkandung dalam cerpen yaitu sebagai berikut. a) Seorang pemimpin harus rela berkorban untuk kedamaian rakyat, b) Kejahatan jangan dibalas dengan kejahatan

DATA KEMAMPUAN MENGANALISIS CERPEN

Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui tes terhadap siswa kelas X AP 3 SMK Nurul Islam yang dijadikan sampel penelitian, diperoleh kemampuan siswas dalam menganalisis unsur intrinsik cerpen yang berbeda-beda, mulai dari nilai terendah yaitu 48 sampai nilai tertinggi 100.
Nilai-nila tersebut diperoleh dari skor menjawab soal-soal esai tentang unsur intrinsik cerpen Cerita Suryakancana Cianjur yang meliputi tema, alur, tokoh, penokohan, latar, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat. Jumlah soal yang digunakan sebanyak 7 butir soal esai. Nilai-nilai setiap siswa tampak pada tabel di bawah ini.   


Data Kemampuan Menganalisis Cerpen

NO.
NAMA SISWA
ASPEK PENILAIAN

Nilai
TM
AL
TP
LA
SP
GB
AM
4-10
4-10
14-20
14-20
4-10
14-20
4-10
1.  
Agus Faisal 
10
4
20
20
4
20
6
84
2.  
Ai Nurhalimah
10
4
16
20
10
18
8
86
3.  
Annisa Adzikrina
10
10
20
20
10
16
10
96
4.  
Azizah Rohayati T
10
4
20
20
4
20
6
84
5.  
Dea Adinda M
10
6
16
20
10
18
8
86
6.  
Dea Novitasari
10
10
20
20
10
20
10
100
7.  
Dewi Barokah
10
4
20
18
10
20
4
86
8.  
Diana Sulistiawati
10
4
20
20
10
20
6
90
9.  
Dewi Siti Adistiani
10
10
20
20
10
20
10
100
10.  
Endang Siti Meisa
10
4
20
20
4
20
6
84
11.  
Fadli Alsadad
10
4
14
14
0
0
6
48
12.  
Fikri Ari Saputra
10
4
20
20
4
20
4
82
13.  
Fitri Nuraeni
10
4
16
20
4
16
4
74
14.  
Fitri Nurhalimah
10
4
18
20
4
16
4
76
15.  
Fitri Nursaadah
10
4
16
20
10
20
6
84
16.  
Gina Nurena
10
6
20
20
10
20
4
90
17.  
Lilis Sabrina 
10
4
18
20
4
20
10
86
18.  
Masayu Ingeu L 
10
6
20
20
10
20
4
90
19.  
Meilanny
10
6
16
18
10
18
8
86
20.  
Mia Rusmiati
10
4
20
20
10
20
10
94
21.  
Muhamad Aditya F
10
4
20
18
10
20
4
86
22.  
Nela Laila Sari
10
4
20
20
10
20
6
90
23.  
Nira Sairiyah
10
6
16
18
10
18
8
86
24.  
Nopita Sari 
10
4
18
14
4
16
4
70
25.  
Novia Damayanti 
10
4
20
20
4
20
6
84
26.  
Nuni Wida N
10
4
20
20
10
20
6
90
27.  
Pipit Puspitasari
10
4
20
20
10
20
4
88
28.  
Resi Mega Utami
10
10
20
20
10
20
10
100
29.  
Risma Yanti A
10
10
20
20
10
20
6
96
30.  
Siti Fauziah Aliya 
10
10
20
20
10
20
8
98
31.  
Siti Nurlaela
10
10
20
20
10
20
10
100
32.  
Siva Verawati
10
4
20
20
20
4
6
84
33.  
Sophia Febriani
10
4
20
16
10
20
4
84
34.  
Sri Nurhayati 
10
4
20
20
4
20
6
84
35.  
Titi Hamidah
10
4
18
20
10
20
4
86
36.  
Via Hasanah
10
4
20
16
10
20
4
84
37.  
Windi Ramadhani
10
4
20
20
10
20
4
88
38.  
Yul Yianti
10
4
20
20
10
20
4
88
39.  
Yuni Wahyuni
10
4
20
20
4
20
6
84
40.  
Ujang S
10
10
20
20
10
20
8
98
41.  
Riski Dianto
10
10
20
16
10
20
10
96
42.  
Danny Masyano
10
4
18
18
10
20
4
84
 Keterangan : 
TM = Tema 
LA =Latar 
AM = Amanat
AL = Alur 
SP =Sudut Pandang

TP = Tokoh dan Penokohan 
GB = Gaya Bahasa

 Berdasarkan tabel tentang data kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen Cerita Suryakancana Cianjur diketahui nilai siswa di atas dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Nilai = STS x SN
            STI
Keterangan:
STS = Skor Total Siswa       STI = Skor Total Ideal         SN = Standar Nilai (100)

SIMPULAN

Penamaan Suryakancana diambil dari aspek kebudayaan dan aspek perwujudan. Pertama, Aspek Kebudayaan Penamaan Suryakancana diberikan atas dasar rasa hormat dan populernya cerita Suryakancana di masyarakat Cianjur. Pertama Aspek kebudayaan Penamaan Kampus dengan menggunakan nama Suryakancana atau Eyang Suryakancana tidak salah karena nama kampus tersebut mencerminkan masyarakat Cianjur. Selain itu, Penamaannya diambil dari asal usul sejarah/cerita rakyat yang ada di Cianjur sendiri yaitu cerita Suryakancana dan digunaknlah sebagai nama kampus yaitu Universitas Suryakancana. Kedua Aspek
Perwujudan yaitu Suryakancana, Surya bermakna Cahaya dan Kancana bermakna Emas.
Kemampuan siswa dalam menganalisis unsur intrinsik cerpen “Sejarah Penamaan Suryakancana di Cianjur” diketahui nilai rata-rata 87 dengan kategori baik sekali. Kemampuan siswa tersebut tercermin dalam memahami unsur intrinsik yang meliputi tema, alur, tokoh penokohan, latar, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat yang disajikan dalam bentuk soal-soal esai dengan tingkat penguasaan 86%-95%.
Dalam menganalisis unsur intrinsik cerpen, siswa mengalami berbagai hambatan. Hambatan siswa diantaranya belum memahami unsur intrinsik yang membangun karya sastra itu sendiri, terutama hambatan dalam menentukan tema, alur, latar suasana, dan amanat. Namun, hambatan tersebut bukan berarti siswa tidak mampu menganalisis unsur intrinsik cerita pendek karena dari hasil angket menyatakan sebagian kecil yang mengalami hambatan dan dilihat dari hasil tes siswa mencapai hasil yang sangat baik.

DAFAR PUSTAKA

Istiana. 2011. Bentuk dan Nama-nama Kampung di Kecamatan Kota Gede. Skripsi Sarjana Pendidikan pada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negri Yogyakarta. Tidak Diterbitkan.
Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan: Jenis, Model, dan Prosedur. Jakarta:
Kencana Pranadamedia Group.
Sudaryat, Yayat dkk. 2009. Toponimi Jawa Barat (Berdasarkan Cerita Rakyat).
Bandung: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Propinsi Jawa Bara

Sundari, Wina. 2009. Toponimi Jawa barat. Bandung: Perpustakaan Nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar