Selasa, 29 November 2016

MAKNA IDIOMATIS



MAKNA IDIOMATIS
Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi salahsatu Tugas Kelompok Mata Kuliah
“WACANA’’

Dosen
Cinde Adia Diningsih, S.Pd., M.Pd


oleh
Kelompok 10

Diki Hilman
Irfan Maulana A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN  BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SURYAKANCANA
CIANJUR
2016



KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah WACANA.
Penulis menyadari bahwa banyak sekali kesulitan dan hambatan dalam menyelesaikan makalah ini, dan makalah ini masih jauh dari sempurna karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak, penulis harapkan guna perbaikan dan penyempurnaan.
Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak  yang telah membatu dalam penyelesaian makalah yang berjudul “Makna Idiomatis”. Semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.


Cianjur, 21 November  2016

          Penulis










DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................  i
DAFTAR ISI................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2  Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
1.3  Tujuan ........................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1  Batasan Makna Idiomatis..............................................................................2        
2.2  Kemunculan Idiom........................................................................................2
2.3  Bentuk Idiom ………………………………………………………………5
2.4  Sumber Idiom………………………………………………………………5
2.5  Jenis Idiom………………………………………………………………...13
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan.....................................................................................................16

DAFTRAR PUSTAKA       



BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
   Bahasa pada dasarnya merupakan sesuatu yang khas dimiliki manusia; dan setiap bahasa memiliki sistem kebahasaan atau aturan gramatikalnya masing-masing yang harus dipelajari oleh setiap penuturnya sehingga tercipta bahasa yang baik dan benar. Manusia mampu menyusun kata atau gambaran kata yang menghasilkan makna baru yang sesuai dengan aturan-aturan yang disepakati oleh semua angggota masyarakat.
Kita sering mendengar atau membaca ungkapan “Language is a living thing,” yang berarti bahwa bahasa merupakan sesuatu yang hidup. Segala sesuatu yang hidup akan tumbuh dan berubah dan terus berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi.
Dengan terus berkembangnya bahasa berarti berkembang pula konsep-konsep baru yang menyebabkan munculnya ungkapan-ungkapan baru. Ungkapan-ungkapan ini terjadi dari kata-kata yang baru sama sekali, tetapi dengan menggabungkan kata-kata yang sudah ada, yang digabunggkan sehingga membentuk pengertian baru. Hal inilah yang kemudian disebut dengan idiom atau ungkapan idiomatik. Idiom seperti ini banyak terdapat dalam bahasa-bahasa di dunia, salah satunya adalah bahasa Inggris yang kaya akan idiom.
Idiom –khususnya dalam bahasa Inggris –mempunyai bentuk dan struktur yang berbeda-beda.
1.2 Rumusan Masalah
  1. Apa Itu Makna Idiomatis  ?
  2. Bagaimankah Idiomatis Itu Muncul?
  3. Apa yang menyebabkan timbulnya idiomatis?
1.3  Tujuan
  1. Di ajukan untuk memenuhi tugas kuliah wacana!
  2. Pembaca dapat memahami makna idiomatis!
  3. Bisa memberikan konstribusi kepada rekan-rekan mahasiswa sebagai calon guru!



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Batasan Makna Idiomatis
Istilah  idiom berasal dari Bahasa Yunani yaitu idios yang artinya ‘sendiri, khas, khusus. kadang-kadang di sebut juga langgam Bahasa, yang di lazimkan oleh golongan tertentu, dialek, peri Bahasa, sebutan yang aneh, atau yang sukar di terjemahkan dengan tepat ke dalam Bahasa lain. Makna yang terdapat dalam idiom di sebut makna idiomatis.
Beberapa definisi atau pengertian dari idiom antara lain: (1) idiom merupakan konstruksi unsur-umsur Bahasa yang saling memilih. Masing-masing anggota memiliki makna yang ada hanya Karena bersama yang lain; (2) konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna anggota-anggotanya (Kridalaksana, 1982: 62); (3) pola-pola strukturaal yang menyimpang dari kaidah-kaidah Bahasa yang umum; (4) biasanya berentuk frasa sedangkan arti tidak bias diterangkan secara logis atau secara gramatikal dengan bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya (Keraf, 1985: 109); (5) ungkapan Bahasa berupa gabungan kata (frasa) yang maknanya sudah menyatu dan tidak dapat ditafsirkan dengan makna unsur pembentuknya (Soedjoto, 1987: 101: KBBI 1988:320).
2.2 Kemunculan Idiom
Kata atau idiom merupakan penyebutan atau penamaan sesuatu yang dialami pemakainya dalam memberinama sesuatu benda, kejadian, atau peristiwa itu, terdapat beberapa gejala timbulnya idiom. Gejala itu berupa (1) penebutan berdasarkan tiruan bunyi, (2) penyebutan sebagian dari seluruh tanggapan, (3) penebutan berdasarkan sifat benda, (4) penyebutan bersifat apelatif, (5) penebutan berdasarkan tempat asal, (6) penyebutan berdasarkan bahan, dan (7) penebutan berdasarkan kesamaan.
a.       Penebutan berdasarkan tiruan bunyi
Tiruan bunyi atau ontomatope merupakan dasar primitive dalam penyebutan benda ontomatope ialah penyebutan Karena persamaan bunyi yang dihasilkan oleh benda itu. Ppersamaan dengan bunyi yang dihasilkan oleh benda itu.
Contoh :
Cecak                    dari bunyi cek-cek-cek
Berkokok               dari bunyi kok-kok-kok (ayam)
Menggonggong     dari bunyi gong-gong (anjing)
Kelontong              dari bunyi kelontong-kelontong

b.      Penyebutan sebagian dari seluruh anggapan
Gejala ini sering disebut pars prototo yakni sebagian untuk keseluruhan gejala ini terjadi karena kita tidak mampu menyebut barang secara keseluruhan dan terperinci tetapi hanya sifat atau ciri yang khusus saja.
Contoh:
Gedung gajah       dari `gedung yang didepannya ada patung gajah`
Gedung sate          dari `gedung yang atapnya memiliki hiasan seperti tusukan sate`
Baju hijau              dari `kebiasaan tantara yang suka berbaju hijau` (tantara).

c.       Penyebutan berdasarkan sipat yang menonjol
Pemakaian kata sipat untuk menyebut benda adalah peristiwa semantik. Hal ini di karenakan dalam peristiwa itu terjadi transposisi makna dalam pemakaian , yakni perubahan sifat misalnya;
lurik                 dari ‘kain yang bergaris garis (lurik)’
Si Cebol           dari ‘ keadaan yang tetap pendek, crbol’
Si pelit             dari ‘keadaan yang pelit’
Perwira           dari ‘pemberani’

d.      Penyebutan berdasarkan apelatif
      Penyebutan berdasrakna apelatif ialah penyebutan berdasarkan penemu, pabrik pembuatan atau nama orang dalam sejarah. Kata-kata ini muncul Karena kebiasaan yang sudaah umum.
Misalnya :
Mujair (ikan)               dari ‘ikan yang mula-mula diperlihatkan haji mujahir di kediri’
Memboikot                  dari ‘nama orang Boycott, tuan tanah terluas keras sehingga tidak dikutsertakan’
Bayangkara                 dari ‘anggota korpas kepolisian yang diambil dari pasukan penjaga keselamatan/pengawal’

e.       Penyebutan Berdasarkan Tempat Asalal
      Penyebutan ini berupa nama atau sebutan yang berasal dari nama tempat.
Misaalnya:
Kalkun             dari ‘ayam berasal dari kalkuta atau bahasa Belanda kolkoetahoen’.
Kapur barus    dari ‘kapur berasal dari barus, Sumatra barat’.
Jeruk Garut     dari ‘jeriuk dari Garut’.
Sardines          dari ‘ikan yang berasal dari kota Srdinia, Italia’.
Konlonyo         dari ‘minyak wangi yang berasal dari Au de Cologne’.

f.     Penyebutan Berdasarkan Bahan
      Nama atau sebutan yang berasal dari bahasa benda itu.
Misalnya :
Karung Goni               dari ‘karung yang terbuaat dari serat goni’
Perak                           dari ‘mata uang yang terbuat dari perak’
Bambou Runcing       dari ‘senjata yang terbuat dari bambu yang ujungnya diruncingkan’
Kaleng                       dari ‘wadah yang terbuat dari kaleng’

g.      Penyebutan Berdasarkan Kesamaan
      Nama atau sebutan yang muncul Karena memiliki sifat yang sama.
Misalnya :
Kaki meja        dari ‘alat pada meja yang berfungsi seperti kaki manusia’
Mulut Gua       dari ‘alat pada gua yang bentuknya seperti mulut’
Bintang film    dari ‘orang yang muncul seperti bintang (terbaik) dalam bermain film’






2.3 Bentuk Idiom
            Dalam bahasa Indonesia, ada dua macam bentuk idiom, yaitu idiom penuh dan idiom sebagian.
a.      Idiom Penuh
      Idiom penuh ialah idiom yang maknanya sama sekali tidak tergambarkan lagi dari unsur-unsurnya secara berasingan. Dalam idiom penuh maknanya sudah menyatu dan tidak dapat ditafsirkan dengan makna pembentuknya.
Contoh :
Membanting tulang           = ‘bekerja keras’
Makan kawat                     = ‘sangat miskin’
Kepala angina                   = ‘bodoh’
b.      Idiom Sebgian
      Idiom sebagian ialah idiom yang maknanya masih tergambarkan dari salah satu unsur pembentuknya. Dalam idiom sebagian, salah satu unsurnya masih tetap memiliki makna leksikalnya.
Contoh :
Pakaian kebesaran           = ‘pakaian yang berkenaan dengan ketinggian pangkat/martabat.
Salah air                           = ‘salah didikan’
Tidur-tiduran ayam          = ‘tidur tapi belum lelap’

2.4 Sumber Idiom
            Idiom merupakan salah satu bentuk ekspresi bahasa. Ekspresi bahasa merupakan penyebutan sesuatu yang dialami oleh pemakaiannya. Artinya, bahasa merupakan menifestasi kehidupan (kebudayaan) masyarakat pemakaiannya. Oleh Karena itu, idiom pun salah satu menifestasi kehidupan (kebudayaan masyarakat pemakaiannya). Sumber lahirnya idiom ialah pengalaman kehidupan masyarakat pemakaiannya.
1.   Idiom dengan bagian tubuh
a.   Hati
Besar hati              = ‘sombong’
Berat hati              = ‘enggan melakukan’
Hati kecil              = ‘maksud sebenarnya’
Kecil hati              = ‘penakut’
Jatuh hati               = ‘menjadi cinta’
Sampai hati           = ‘tega’
Tinggi hati            = ‘sombong’
Lapang hati           = ‘sabar’
b.  Darah
Darah daging        = ‘anak kandung’
Darah panas          = ‘pemarah’
Darah biru             = ‘keturunan bangsawan’
Mandi darah          = ‘berperang hingga banyak yang luka atau meninggal’
c.   Kepala
Kepala angina       = ‘bodoh’
Kepala batu           = ‘bandel’
Berat kepala          = ‘sukar mengerti’
Kepala dingin        = ‘tenang dan sabar’
Kepala udang        = ‘bodoh sekali’
d.  Muka
Muka masam         = ‘cemberut’
Tebal muka           = ‘tidak punya rasa malu’
Tatap muka           = ‘berhadapan’
Kehilangan muka  = ‘mendapat malu’
e.   Mata
Memasang mata    = ‘melihat baik-baik’
Membuang mata   = ‘melihat-lihat’
Mata hati               = ‘perasaan dalam hati’
Menutup mata       = ‘meninggal’
f.    Mulut
Mulut manis          = ‘baik tutur katanya’
Besar mulut           = ‘suka membual’
Tutup mulut          = ‘diam’
Perang mulut         = ‘berbantahan’
Cepat mulut           = ‘lancang’
g.   Bibir
Berat bibir             = ‘pendiam, tidak peramah’
Tipis bibir              = ‘cerewet’
Buah bibir             = ‘bahan pembicaraan orang’
Panjang bibir         = ‘suka mengadu’
h.  Lidah
Lidah api               = ‘ujung nyala api’
Pahit lidah             = ‘perkataannya selalu manjur’
Panjang lidah        = ‘suka mengadu’
Cepat lidah            = ‘lancang’
Ringan lidah          = ‘lancar bertutur dan fasih’
i.     Perut
Alas perut              = ‘sarapan’
Buruk perut           = ‘mudah terkena penyakit’
Buta perut             = ‘asal makan saja’
Duduk perut          = ‘mengandung, hamil’
j.    Tangan
Tangan besi           = ‘kekuasaan yang keras’
Tangan kanan        = ‘pembantu utama’
Berat tangan          = ‘malas bekerja’
Turun tangan         = ‘turut campur’
Buah tangan          = ‘oleh-oleh, souvenir’
k.  Kaki
Kaki lima               = ‘lantai ditepi jalan’
Kaki seribu            = ‘berlari ketakutan’
Kaki tangan           = ‘pembantu, orang kepercayaan’
Kaki telanjang       = ‘tidak beralas sepatu dan sebagainya’
l.     Bulu
Bertukar bulu        = ‘bertukar pendapat’
Berbulu hatinya    = ‘suka mendengki’
Tak pandang bulu = ‘tidak membeda-bedakan orang’
Memperlihatkan    = ‘memperlihatkan keadaan yang sebenarnya bulunya’

2.      Idiom dengan Nama Warna
a.      Merah
Merah muka    = ‘kemalu-maluan’
Merah telinga  = ‘marah sekali’
Jago merah      = ‘api’
b.      Putih
Buku putih      = ‘buku pemerintahan tentang peristiwa politik’
Berdarah putih = ‘keturunan bangsawan’
Berputih tulang= ‘mati’
c.       Hitam
Hitam di atas putih                  = ‘secara tertulis’
Belum tentu hitam putihnya   = ‘ketentuannya’
Hitam gula jawa                      = ‘meskipun kulitnya hitam tetapi manis’
d.      Hijau
Masih hijau                             = ‘belum berpengalaman’
Lapangan hijau                        = ‘gelanggang olahraga’
Naik kuda hijau                       = ‘mabuk’
e.       Kuning
Kartu kuning                           = ‘lampu peingatan’
f.        Kelabu
Mengelabui mata                    = ‘menipu’

3.      Idiom dengan Nama Benda-benda Alam
a.      Langit
Cita citanya melangit              = ‘sangat muluk-muluk’
Beratapkan langit                    = ‘sangat rusak atapnya’
Dibawah kolong langit            = ‘di muka bumi’
b.      Bumi
Dibumihanguskan                   = ‘dihancur leburkan’
Jadi bumi langit                      = ‘orang yang selalu diharapkan bantuannya’
Seperti tidak jejak kebumi      = ‘sangat cepat’
Bumiputera                             = ‘penduduk asli’
c.       Tanah
Makan tanah                           = ‘miskin sekali’
Tanah tumpah darah               = ‘tanah kelahiran, tanah air’
Bergerak di bawah tanah        = ‘gerakan rahasia’
d.      Bulan
Kejatuhan bulan                      = ‘beruntung sekali’
Menjadi bulan-bulanan           = ‘menjadi sasaran’
Tanggung bulan                      = ‘bulan tua’
e.       Bintang
Terang bintangnya                  = ‘beruntung sekali’
Berbintang naik                       = ‘mulai mujur hidufnya’
Bintang lapangan                    = ‘pemain bola yang terbaik’
f.        Air
Salah air                                  = ‘salah didikan’
Telah jadi air                           = ‘habis dengan modalnya’
Pandai berminyak air              = ‘pandai bermuka-muka’
g.      Api
Semangat berapi-api                = ‘sangat bersemangat sekali’
Bersuluh minta api                  = ‘bertanya sesuatu yang sudah diketahui’
Senjata api                               = ‘senjata yang berpeluruh’
Lidah api                                 = ‘ujung nyala api’
h.      Angina
Kabar angina                           = ‘desas-desus’
Perasaan angina                      = ‘mudah tersinggung’
Menangkap angina                  = ‘sia-sia belaka’
i.        Gunung
Sehari gunung                         = ‘tampak elok dari kejauhan saja’
Rendah gunung                       = ‘harapan yang sangat besar’
j.        Hujan
Hujan jatuh kepasir                 = ‘sia-sia tak berbekas’
Air mata pun menghujan        = ‘banyak yang menangis’
Ada hujan ada panas               = ‘susah senang silih berganti’
k.      Matahari
Menentang matahari               = ‘melawan orang yang sedang berkuaasa’

4.      Idiom dengan Nama Binatang
a.      Kambing
Kambing hitam                       = ‘orang yang disalahkan’
Kelas kambing                        = ‘kelass termurah’
b.      Kucing
Bertabiat kucing                      = ‘culas’
Malu-malu kucing                   = ‘pura-pura malu’
Damar mataa kucing               = ‘damar yang bagus sekali’
c.       Kuda
Naik kuda hijau                       = ‘mabuk’
Kuda hitam                             = ‘pemenang yang tak diduga-duga’
d.      Badak
Berkulit badak                        = ‘tidak tahu malu’
Tenaga badak                          = ‘kuat sekali’
e.       Ayam
Rabun ayam                            = ‘kabur penglihatan di malam hari’
Mati ayam                               = ‘mati konyol’
Tidur-tidur ayam                     = ‘tidur tapi belum lelap’
f.        Semut
Menyemut                               = ‘sangat banyak’
Senyut-senyutan                     = ‘pegal karena duduk’
Semuut mati karena manusia  = ‘celaka karena bujukan’
g.      Monyet
Cinta monyet                          = ‘cinta kanak-kanak yang masih belajar’
Berbaju monyet                      = ‘masih kanak-kanak’
Pintu monyet                           = ‘pintu berdaun dua, di atas bawah satu’
h.      Buaya
Buaya darat                             = ‘penjahat’
i.        Kancil
Anak kancil                             = ‘tipu muslihat’
j.        Burung
Kabar burung                          = ‘kabar yang belum pasti’

5.      Idiom dengan bagian tumbuh-tumbuhan
a.      Bunga
Bunga api                                = ‘petasan’
Bunga rampai                          = ‘kumpulan kkaarangan’
Bunga kampong                      = ‘gadis tercantik di kampong itu’
b.      Buah
Buah pena                               = ‘tulisan, karangan’
Buah dada                               = ‘susu, tetek’
Buah pembicaraan                   = ‘hasil pembicaran’
c.       Batang
Batang air                                = ‘sungai’
Sebatang kara                          = ‘hidup seorang diri’
d.      Cabang
Bercabang hatinya                  = ‘banyak yang dipikirkan’
Lidah bercabang                      = ‘kata-katanya tak dapat dipercaya’
e.       Rotan
Merotan                                   = ‘melucut denggan rotan’
Berkerat rotan                         = ‘memutuskan hubungan’
Tiada rotan akar pun jadi           = ‘jika taka da yang baik, yang jelek pun jadi atau berguna’
f.        Kembang
Kembang tengkuuknya           = ‘muncul takunya’
Kembang mawar                     = ‘gadis cantik’
Kembang gula                         = ‘gula-gula’




6.      Idiom dengan kata bilangan
a.      Satu
Bersatu padu                           = ‘bersatu benar-benar’
Bersatu hati                             = ‘seia sekata’
b.      Dua
Berbadan dua                          = ‘hamil’
Tiada duanya                          = ‘tiada bandingannya’
Mendua hati                            = ‘bimbang’
c.       Tiga
Segitiga                                   = ‘benda yang bersudut tiga’
Simpang tiga                           = ‘jalan yang memiliki tiga jurusan’
d.      Empat
Masuk tiga keluar empat        = ‘membelanjakan uang lebih daripada penghasilan’
Pertemuan empat mata           = ‘petemuan dua orang’
e.       Lima
Kaki lima                                 = ‘lantai dimuka pintu’
Simpang lima                          = ‘jalan yang memiliki lima arah’
f.        Tujuh
Pusing tujuh keling                 = ‘pusing sekali’
g.      Seribu
Diam seribu bahasa                 = ‘diam sama sekali’
Langkah seribu                        = ‘lari, kabur ketakutan’
h.      Setengah
Setengah hati                          = ‘tidak sungguh-sungguh’
Jalan tengah                            = ‘keputusan yang adil’
Bekerja setengah-setengah     = ‘bekerja tanggunga’
Setengah tiang                        = ‘pengibaran bendera setengah tiang’





2.5 Jenis Idiom
a. Ungkapan
                  Ungkapan dapat didefinisikan sebagai:
(1)     Perkataan atau kelompok kata yang khas untuk menyatakan suatu maksuud dengan arti kiasan (poerwadarminta, 1977:1129); (2) kelompok kata yang berpadu, yang mengandun satu pengertian (Zakaria dan Sopyan, 1975:58); (3) makna anggota-anggotanya (KBBI, 1988:991).
       Ungkapan merupakan salah ssatu ungkapan idiom yang berupa kelompok kata yang berbentuk kiasan atau yang maknanya tidak  sama dengan gabungan makna anggota-anggotanya.
Contoh:
Datang bulan                     = ‘haid, mensturasi’
Tinggi hati                        = ‘sombong’
Panjang hati                      = ‘suka mencuri’
Kaki tangan                       = ‘orang kepercayaan’
Berbadan dua                    = ‘hamil’

b.      Pribahasa
                  Definisi pribahasa menurut paraahli, antara lain:
(1)        Kalimat atau kelompok perkataan yang biasanya mengiaskan sesuatu maksud tertentu (Poerwadarminta,1976:738); (2) kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannyaa dan biasanya mangiasakan maksud tertentu; (3) ungkapan atau kalimat ringkas, padat yang berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup, atau gambaran tingkah laku (KBBI, 1988: 671).
         Pribahasa adalah salah satu bentuk idiom berupa kalimat yang susunanya tetap dan perlambangan kehidupan. Pribahasa itu meliputi (1) pepatah, (2) perumpamaan, dan (3) pameo.




1.   Pepatah (bidal)
                  Pepatah didefinisikan sebagai:
(1)  Pribahasa yang mengandung nasihat, peringatan atau sindiran (KBBI, 1988:144), (2) berupa ajaran dari orang-orang tua (poerwadarminta, 1976: 714), (3)kadang-kadang merupakan undang-undang dalam masyarakat (Zakaria & Sopyan, 1975:35).
              Contoh:
- air tenang menghanyutkan = ‘orang yang pendiam tetapi berilmu banyak’.
- berjalaan peliharalah kaki, berkata peliharalah lidah = ‘ dalam bekerja selalu ingat lah tuhan dan berhati-hati’.
- hancur badan dikandung tanah, budi baik dikenang jua = ‘budi baik takan dilupakan orang’.
 - kasih ibu sepaanjang jalan, kasih anak sepanjang penggalan = ‘kasih ibu kepada anaknyya tiada putus-putusnya, namun kasih sayang anak kepada ibu sedikit sekali’.
- mati mati mandi biar basah = ‘ melakukan sesuatu jangan tanggung-tanggung’.
- nasi sudah menjadi bubur = ‘ perbuatan yang salah sudah terlanjur’.
- pasar jalan karena diturut, lancer dikaji karena diulang = ‘ pekerjaan yang biasa dikerjakan tentu akan mahir’.
- rambut sama hitam, hati masing-masing = ‘ kesukaan setiap orang pasti berbeda’.
- setinggi -tinggi terbang bangau, hinggap ke kubangan juga = ‘ kemana saja orang pergi, tentu kelak akan kembbali ke kampong halaman’.
- tiada rotam akar pun berguna = ‘ jika tidak ada yang baik, yang jelek pun digunakan’.
2.   Perumpamaan
            Perumpamaan ialah pribahasa yang berisi perbandingan dari kehidupan manusia. Ciri utama dari perumpamaan ialah adanya kata-kata bagai, laksana, seperti, dan sebagaainya.
Contoh :
            - Bagai air di daun talas                                 = orang yang tidak tetap pribadiannya’.
            - hati bagai baling-baling                               = ‘pikiran yang tidak tetapp’.
            - laksana burung dalam sangkar                    = ‘seseorang yang terikat keadaan’.
        - seperti pungguk merindukan bulan              = ‘mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin tercapai’.
         - seperti air dalam skam                                 = ‘kejahatan yang berlaku diam-diam’.
c. Pemeo
        Pemeo ialah ungkapan atau pribahasa yang dijadikan semboyan (kridalaksana, 1982:123). Pada awalnya, pemeo merupakan ejekan (olok-olok, sindiran) yang menjadi buah mulut orang; perkataan yang lucu untuk menyindir (KBBI,1988:662). Pemeo ialah salah satu bentuk idiom yang terjadi dari ungkapan atau pribahasa yanag dijadikan semboyan hidup.
Contoh :
-          Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.
-          Daripada berputih mata, lebih baik berputih tulang.
-          Esa hilang dua terbilang.
-          Patah tubuh hilang berganti.
-          Ringan sama dijingjing, berat sama dipikul.


















BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
            Idiom atau ungkapan adalah ringksan kata yang menghasilkan makna kisan . Makna kisan tersebut tidak diturunkan dari makna kata-kata yang membentuknya. Ketika dua buah kata dirangkai menjadi sebuah idiom, maka makna dari gabungan tersebut akan berbeda dari  makna kata-kata asalnya. Dan Idom juga juga sengaja dipakai untuk menghindari kata-kata yang kurang baik nilai rasanya.


















Daftar Pustaka

                  Sudaryat, Yayat. 2009. Makna dalam Wacana. Bandung: Yrama Widia


Tidak ada komentar:

Posting Komentar