MAKNA
IDIOMATIS
Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi salahsatu Tugas Kelompok Mata Kuliah
“WACANA’’
Dosen
Cinde Adia Diningsih, S.Pd., M.Pd
oleh
Kelompok 10
Diki Hilman
Irfan Maulana A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SURYAKANCANA
CIANJUR
2016
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan
hati, penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah WACANA.
Penulis menyadari bahwa
banyak sekali kesulitan dan hambatan dalam menyelesaikan makalah ini, dan
makalah ini masih jauh dari sempurna karena itu kritik dan saran dari berbagai
pihak, penulis harapkan guna perbaikan dan penyempurnaan.
Akhirnya penulis mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang
telah membatu dalam penyelesaian makalah yang berjudul “Makna Idiomatis”. Semoga makalah
ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Cianjur, 21 November 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan
Masalah.......................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Batasan
Makna Idiomatis..............................................................................2
2.2 Kemunculan
Idiom........................................................................................2
2.3 Bentuk
Idiom ………………………………………………………………5
2.4 Sumber
Idiom………………………………………………………………5
2.5 Jenis
Idiom………………………………………………………………...13
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan.....................................................................................................16
DAFTRAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bahasa pada
dasarnya merupakan sesuatu yang khas dimiliki manusia; dan setiap bahasa
memiliki sistem kebahasaan atau aturan gramatikalnya masing-masing yang harus
dipelajari oleh setiap penuturnya sehingga tercipta bahasa yang baik dan benar.
Manusia mampu menyusun kata atau gambaran kata yang menghasilkan makna baru
yang sesuai dengan aturan-aturan yang disepakati oleh semua angggota
masyarakat.
Kita sering mendengar atau membaca ungkapan “Language is a living thing,” yang berarti bahwa bahasa merupakan sesuatu yang hidup. Segala sesuatu yang hidup akan tumbuh dan berubah dan terus berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi.
Dengan terus berkembangnya bahasa berarti berkembang pula konsep-konsep baru yang menyebabkan munculnya ungkapan-ungkapan baru. Ungkapan-ungkapan ini terjadi dari kata-kata yang baru sama sekali, tetapi dengan menggabungkan kata-kata yang sudah ada, yang digabunggkan sehingga membentuk pengertian baru. Hal inilah yang kemudian disebut dengan idiom atau ungkapan idiomatik. Idiom seperti ini banyak terdapat dalam bahasa-bahasa di dunia, salah satunya adalah bahasa Inggris yang kaya akan idiom.
Idiom –khususnya dalam bahasa Inggris –mempunyai bentuk dan struktur yang berbeda-beda.
Kita sering mendengar atau membaca ungkapan “Language is a living thing,” yang berarti bahwa bahasa merupakan sesuatu yang hidup. Segala sesuatu yang hidup akan tumbuh dan berubah dan terus berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi.
Dengan terus berkembangnya bahasa berarti berkembang pula konsep-konsep baru yang menyebabkan munculnya ungkapan-ungkapan baru. Ungkapan-ungkapan ini terjadi dari kata-kata yang baru sama sekali, tetapi dengan menggabungkan kata-kata yang sudah ada, yang digabunggkan sehingga membentuk pengertian baru. Hal inilah yang kemudian disebut dengan idiom atau ungkapan idiomatik. Idiom seperti ini banyak terdapat dalam bahasa-bahasa di dunia, salah satunya adalah bahasa Inggris yang kaya akan idiom.
Idiom –khususnya dalam bahasa Inggris –mempunyai bentuk dan struktur yang berbeda-beda.
1.2 Rumusan Masalah
- Apa Itu Makna Idiomatis ?
- Bagaimankah Idiomatis Itu Muncul?
- Apa yang menyebabkan timbulnya idiomatis?
1.3 Tujuan
- Di ajukan untuk memenuhi tugas kuliah wacana!
- Pembaca dapat memahami makna idiomatis!
- Bisa memberikan konstribusi kepada rekan-rekan mahasiswa sebagai calon guru!
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Batasan Makna Idiomatis
Istilah
idiom berasal dari Bahasa
Yunani yaitu idios yang artinya
‘sendiri, khas, khusus. kadang-kadang di sebut juga langgam Bahasa, yang di
lazimkan oleh golongan tertentu, dialek, peri Bahasa, sebutan yang aneh, atau
yang sukar di terjemahkan dengan tepat ke dalam Bahasa lain. Makna yang
terdapat dalam idiom di sebut makna
idiomatis.
Beberapa definisi atau pengertian dari
idiom antara lain: (1) idiom merupakan konstruksi unsur-umsur Bahasa yang
saling memilih. Masing-masing anggota memiliki makna yang ada hanya Karena
bersama yang lain; (2) konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan
makna anggota-anggotanya (Kridalaksana, 1982: 62); (3) pola-pola strukturaal
yang menyimpang dari kaidah-kaidah Bahasa yang umum; (4) biasanya berentuk
frasa sedangkan arti tidak bias diterangkan secara logis atau secara gramatikal
dengan bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya (Keraf, 1985: 109); (5)
ungkapan Bahasa berupa gabungan kata (frasa) yang maknanya sudah menyatu dan
tidak dapat ditafsirkan dengan makna unsur pembentuknya (Soedjoto, 1987: 101:
KBBI 1988:320).
2.2 Kemunculan Idiom
Kata atau idiom merupakan penyebutan atau
penamaan sesuatu yang dialami pemakainya dalam memberinama sesuatu benda,
kejadian, atau peristiwa itu, terdapat beberapa gejala timbulnya idiom. Gejala
itu berupa (1) penebutan berdasarkan tiruan bunyi, (2) penyebutan sebagian dari
seluruh tanggapan, (3) penebutan berdasarkan sifat benda, (4) penyebutan
bersifat apelatif, (5) penebutan berdasarkan tempat asal, (6) penyebutan
berdasarkan bahan, dan (7) penebutan berdasarkan kesamaan.
a.
Penebutan
berdasarkan tiruan bunyi
Tiruan bunyi atau
ontomatope merupakan dasar primitive
dalam penyebutan benda ontomatope ialah penyebutan Karena persamaan bunyi yang
dihasilkan oleh benda itu. Ppersamaan dengan bunyi yang dihasilkan oleh benda
itu.
Contoh
:
Cecak
dari
bunyi cek-cek-cek
Berkokok dari
bunyi kok-kok-kok (ayam)
Menggonggong dari bunyi gong-gong
(anjing)
Kelontong dari bunyi kelontong-kelontong
b.
Penyebutan
sebagian dari seluruh anggapan
Gejala ini sering disebut pars prototo yakni sebagian untuk keseluruhan gejala ini terjadi
karena kita tidak mampu menyebut barang secara keseluruhan dan terperinci
tetapi hanya sifat atau ciri yang khusus saja.
Contoh:
Gedung
gajah dari
`gedung yang didepannya ada patung gajah`
Gedung
sate dari
`gedung yang atapnya memiliki hiasan seperti tusukan sate`
Baju
hijau dari
`kebiasaan tantara yang suka berbaju hijau` (tantara).
c.
Penyebutan
berdasarkan sipat yang menonjol
Pemakaian kata sipat untuk menyebut benda adalah
peristiwa semantik. Hal ini di karenakan dalam peristiwa itu terjadi
transposisi makna dalam pemakaian , yakni perubahan sifat misalnya;
lurik dari
‘kain yang bergaris garis (lurik)’
Si Cebol dari ‘ keadaan yang tetap pendek,
crbol’
Si pelit dari ‘keadaan yang
pelit’
Perwira dari ‘pemberani’
d.
Penyebutan
berdasarkan apelatif
Penyebutan
berdasrakna apelatif ialah penyebutan berdasarkan penemu, pabrik pembuatan atau
nama orang dalam sejarah. Kata-kata ini muncul Karena kebiasaan yang sudaah
umum.
Misalnya :
Mujair (ikan) dari ‘ikan yang mula-mula
diperlihatkan haji mujahir di kediri’
Memboikot dari ‘nama orang Boycott, tuan tanah
terluas keras sehingga tidak dikutsertakan’
Bayangkara dari ‘anggota korpas kepolisian yang
diambil dari pasukan penjaga keselamatan/pengawal’
e.
Penyebutan
Berdasarkan Tempat Asalal
Penyebutan
ini berupa nama atau sebutan yang berasal dari nama tempat.
Misaalnya:
Kalkun dari ‘ayam berasal dari kalkuta atau bahasa Belanda
kolkoetahoen’.
Kapur barus dari ‘kapur berasal dari barus, Sumatra
barat’.
Jeruk Garut dari ‘jeriuk dari Garut’.
Sardines dari ‘ikan yang berasal dari kota
Srdinia, Italia’.
Konlonyo dari ‘minyak wangi yang berasal dari Au de Cologne’.
f. Penyebutan Berdasarkan Bahan
Nama atau
sebutan yang berasal dari bahasa benda itu.
Misalnya :
Karung Goni dari ‘karung yang terbuaat dari serat goni’
Perak dari ‘mata uang yang
terbuat dari perak’
Bambou Runcing dari ‘senjata yang terbuat dari bambu
yang ujungnya diruncingkan’
Kaleng dari ‘wadah yang terbuat
dari kaleng’
g.
Penyebutan
Berdasarkan Kesamaan
Nama atau
sebutan yang muncul Karena memiliki sifat yang sama.
Misalnya :
Kaki meja dari ‘alat pada meja yang
berfungsi seperti kaki manusia’
Mulut Gua dari ‘alat pada gua yang
bentuknya seperti mulut’
Bintang film dari ‘orang yang muncul seperti bintang
(terbaik) dalam bermain film’
2.3 Bentuk Idiom
Dalam
bahasa Indonesia, ada dua macam bentuk idiom, yaitu idiom penuh dan idiom
sebagian.
a.
Idiom
Penuh
Idiom penuh
ialah idiom yang maknanya sama sekali tidak tergambarkan lagi dari
unsur-unsurnya secara berasingan. Dalam idiom penuh maknanya sudah menyatu dan
tidak dapat ditafsirkan dengan makna pembentuknya.
Contoh
:
Membanting
tulang = ‘bekerja
keras’
Makan
kawat = ‘sangat
miskin’
Kepala
angina = ‘bodoh’
b.
Idiom
Sebgian
Idiom
sebagian ialah idiom yang maknanya masih tergambarkan dari salah satu unsur
pembentuknya. Dalam idiom sebagian, salah satu unsurnya masih tetap memiliki
makna leksikalnya.
Contoh
:
Pakaian kebesaran = ‘pakaian yang berkenaan dengan
ketinggian pangkat/martabat.
Salah
air =
‘salah didikan’
Tidur-tiduran
ayam =
‘tidur tapi belum lelap’
2.4 Sumber Idiom
Idiom
merupakan salah satu bentuk ekspresi bahasa. Ekspresi bahasa merupakan
penyebutan sesuatu yang dialami oleh pemakaiannya. Artinya, bahasa merupakan
menifestasi kehidupan (kebudayaan) masyarakat pemakaiannya. Oleh Karena itu,
idiom pun salah satu menifestasi kehidupan (kebudayaan masyarakat
pemakaiannya). Sumber lahirnya idiom ialah pengalaman kehidupan masyarakat
pemakaiannya.
1. Idiom dengan bagian tubuh
a. Hati
Besar hati
= ‘sombong’
Berat hati = ‘enggan melakukan’
Hati kecil = ‘maksud sebenarnya’
Kecil hati =
‘penakut’
Jatuh hati =
‘menjadi cinta’
Sampai hati = ‘tega’
Tinggi hati = ‘sombong’
Lapang hati = ‘sabar’
b. Darah
Darah
daging = ‘anak kandung’
Darah
panas = ‘pemarah’
Darah
biru = ‘keturunan bangsawan’
Mandi
darah = ‘berperang hingga banyak
yang luka atau meninggal’
c. Kepala
Kepala
angina = ‘bodoh’
Kepala
batu = ‘bandel’
Berat
kepala = ‘sukar mengerti’
Kepala
dingin = ‘tenang dan sabar’
Kepala
udang = ‘bodoh sekali’
d. Muka
Muka
masam = ‘cemberut’
Tebal
muka = ‘tidak punya rasa malu’
Tatap
muka = ‘berhadapan’
Kehilangan
muka = ‘mendapat malu’
e. Mata
Memasang
mata = ‘melihat baik-baik’
Membuang
mata = ‘melihat-lihat’
Mata
hati = ‘perasaan dalam hati’
Menutup
mata = ‘meninggal’
f. Mulut
Mulut
manis = ‘baik tutur katanya’
Besar
mulut = ‘suka membual’
Tutup
mulut = ‘diam’
Perang
mulut = ‘berbantahan’
Cepat
mulut = ‘lancang’
g. Bibir
Berat
bibir = ‘pendiam, tidak
peramah’
Tipis
bibir = ‘cerewet’
Buah
bibir = ‘bahan pembicaraan
orang’
Panjang
bibir = ‘suka mengadu’
h. Lidah
Lidah
api = ‘ujung nyala api’
Pahit
lidah = ‘perkataannya selalu manjur’
Panjang
lidah = ‘suka mengadu’
Cepat
lidah = ‘lancang’
Ringan
lidah = ‘lancar bertutur dan
fasih’
i. Perut
Alas
perut = ‘sarapan’
Buruk
perut = ‘mudah terkena penyakit’
Buta
perut = ‘asal makan saja’
Duduk
perut = ‘mengandung, hamil’
j. Tangan
Tangan
besi = ‘kekuasaan yang keras’
Tangan
kanan = ‘pembantu utama’
Berat
tangan = ‘malas bekerja’
Turun
tangan = ‘turut campur’
Buah
tangan = ‘oleh-oleh, souvenir’
k. Kaki
Kaki
lima = ‘lantai ditepi jalan’
Kaki
seribu = ‘berlari ketakutan’
Kaki
tangan = ‘pembantu, orang
kepercayaan’
Kaki
telanjang = ‘tidak beralas sepatu
dan sebagainya’
l. Bulu
Bertukar
bulu = ‘bertukar pendapat’
Berbulu
hatinya = ‘suka mendengki’
Tak
pandang bulu = ‘tidak membeda-bedakan
orang’
Memperlihatkan = ‘memperlihatkan keadaan yang sebenarnya
bulunya’
2. Idiom dengan Nama Warna
a. Merah
Merah
muka = ‘kemalu-maluan’
Merah
telinga = ‘marah sekali’
Jago
merah = ‘api’
b. Putih
Buku
putih = ‘buku pemerintahan tentang
peristiwa politik’
Berdarah
putih = ‘keturunan bangsawan’
Berputih
tulang= ‘mati’
c. Hitam
Hitam
di atas putih = ‘secara
tertulis’
Belum
tentu hitam putihnya = ‘ketentuannya’
Hitam
gula jawa = ‘meskipun
kulitnya hitam tetapi manis’
d. Hijau
Masih
hijau = ‘belum
berpengalaman’
Lapangan
hijau = ‘gelanggang
olahraga’
Naik
kuda hijau = ‘mabuk’
e. Kuning
Kartu
kuning = ‘lampu
peingatan’
f.
Kelabu
Mengelabui
mata = ‘menipu’
3. Idiom dengan Nama Benda-benda Alam
a. Langit
Cita
citanya melangit = ‘sangat
muluk-muluk’
Beratapkan
langit = ‘sangat rusak
atapnya’
Dibawah
kolong langit = ‘di muka bumi’
b. Bumi
Dibumihanguskan = ‘dihancur leburkan’
Jadi
bumi langit = ‘orang
yang selalu diharapkan bantuannya’
Seperti
tidak jejak kebumi = ‘sangat cepat’
Bumiputera = ‘penduduk asli’
c. Tanah
Makan
tanah = ‘miskin
sekali’
Tanah
tumpah darah = ‘tanah kelahiran,
tanah air’
Bergerak
di bawah tanah = ‘gerakan rahasia’
d. Bulan
Kejatuhan
bulan = ‘beruntung
sekali’
Menjadi
bulan-bulanan = ‘menjadi
sasaran’
Tanggung
bulan = ‘bulan tua’
e. Bintang
Terang
bintangnya = ‘beruntung
sekali’
Berbintang
naik = ‘mulai mujur
hidufnya’
Bintang
lapangan = ‘pemain bola
yang terbaik’
f.
Air
Salah
air =
‘salah didikan’
Telah
jadi air =
‘habis dengan modalnya’
Pandai
berminyak air = ‘pandai
bermuka-muka’
g. Api
Semangat
berapi-api = ‘sangat
bersemangat sekali’
Bersuluh
minta api = ‘bertanya
sesuatu yang sudah diketahui’
Senjata
api =
‘senjata yang berpeluruh’
Lidah
api =
‘ujung nyala api’
h. Angina
Kabar
angina =
‘desas-desus’
Perasaan
angina = ‘mudah
tersinggung’
Menangkap
angina = ‘sia-sia belaka’
i.
Gunung
Sehari
gunung = ‘tampak
elok dari kejauhan saja’
Rendah
gunung = ‘harapan
yang sangat besar’
j.
Hujan
Hujan
jatuh kepasir = ‘sia-sia
tak berbekas’
Air
mata pun menghujan = ‘banyak yang
menangis’
Ada
hujan ada panas = ‘susah
senang silih berganti’
k. Matahari
Menentang
matahari = ‘melawan orang
yang sedang berkuaasa’
4. Idiom dengan Nama Binatang
a. Kambing
Kambing
hitam = ‘orang yang
disalahkan’
Kelas
kambing = ‘kelass
termurah’
b. Kucing
Bertabiat
kucing = ‘culas’
Malu-malu
kucing = ‘pura-pura
malu’
Damar
mataa kucing = ‘damar yang
bagus sekali’
c. Kuda
Naik
kuda hijau = ‘mabuk’
Kuda
hitam = ‘pemenang
yang tak diduga-duga’
d. Badak
Berkulit
badak = ‘tidak tahu
malu’
Tenaga
badak = ‘kuat
sekali’
e. Ayam
Rabun
ayam = ‘kabur
penglihatan di malam hari’
Mati
ayam = ‘mati
konyol’
Tidur-tidur
ayam = ‘tidur tapi
belum lelap’
f.
Semut
Menyemut = ‘sangat banyak’
Senyut-senyutan = ‘pegal karena duduk’
Semuut
mati karena manusia = ‘celaka karena
bujukan’
g. Monyet
Cinta
monyet = ‘cinta
kanak-kanak yang masih belajar’
Berbaju
monyet = ‘masih
kanak-kanak’
Pintu
monyet = ‘pintu
berdaun dua, di atas bawah satu’
h. Buaya
Buaya
darat =
‘penjahat’
i.
Kancil
Anak
kancil = ‘tipu
muslihat’
j.
Burung
Kabar
burung = ‘kabar
yang belum pasti’
5. Idiom dengan bagian tumbuh-tumbuhan
a. Bunga
Bunga
api = ‘petasan’
Bunga
rampai = ‘kumpulan
kkaarangan’
Bunga
kampong = ‘gadis
tercantik di kampong itu’
b. Buah
Buah
pena = ‘tulisan,
karangan’
Buah
dada = ‘susu,
tetek’
Buah
pembicaraan = ‘hasil
pembicaran’
c. Batang
Batang
air = ‘sungai’
Sebatang
kara = ‘hidup seorang diri’
d. Cabang
Bercabang
hatinya = ‘banyak yang
dipikirkan’
Lidah
bercabang = ‘kata-katanya
tak dapat dipercaya’
e. Rotan
Merotan = ‘melucut
denggan rotan’
Berkerat
rotan = ‘memutuskan
hubungan’
Tiada
rotan akar pun jadi = ‘jika taka
da yang baik, yang jelek pun jadi atau berguna’
f.
Kembang
Kembang
tengkuuknya = ‘muncul takunya’
Kembang
mawar = ‘gadis cantik’
Kembang
gula = ‘gula-gula’
6. Idiom dengan kata bilangan
a. Satu
Bersatu
padu = ‘bersatu
benar-benar’
Bersatu
hati = ‘seia sekata’
b. Dua
Berbadan
dua = ‘hamil’
Tiada
duanya = ‘tiada
bandingannya’
Mendua
hati =
‘bimbang’
c. Tiga
Segitiga = ‘benda yang
bersudut tiga’
Simpang
tiga = ‘jalan
yang memiliki tiga jurusan’
d. Empat
Masuk
tiga keluar empat = ‘membelanjakan
uang lebih daripada penghasilan’
Pertemuan
empat mata = ‘petemuan dua
orang’
e. Lima
Kaki
lima =
‘lantai dimuka pintu’
Simpang
lima = ‘jalan
yang memiliki lima arah’
f.
Tujuh
Pusing
tujuh keling = ‘pusing
sekali’
g. Seribu
Diam
seribu bahasa = ‘diam sama
sekali’
Langkah
seribu = ‘lari,
kabur ketakutan’
h. Setengah
Setengah
hati = ‘tidak
sungguh-sungguh’
Jalan
tengah =
‘keputusan yang adil’
Bekerja
setengah-setengah = ‘bekerja
tanggunga’
Setengah
tiang = ‘pengibaran
bendera setengah tiang’
2.5 Jenis Idiom
a.
Ungkapan
Ungkapan
dapat didefinisikan sebagai:
(1)
Perkataan atau kelompok kata yang khas
untuk menyatakan suatu maksuud dengan arti kiasan (poerwadarminta, 1977:1129);
(2) kelompok kata yang berpadu, yang mengandun satu pengertian (Zakaria dan
Sopyan, 1975:58); (3) makna anggota-anggotanya (KBBI, 1988:991).
Ungkapan merupakan salah ssatu ungkapan
idiom yang berupa kelompok kata yang berbentuk kiasan atau yang maknanya
tidak sama dengan gabungan makna
anggota-anggotanya.
Contoh:
Datang
bulan = ‘haid,
mensturasi’
Tinggi
hati = ‘sombong’
Panjang
hati = ‘suka mencuri’
Kaki
tangan = ‘orang
kepercayaan’
Berbadan
dua = ‘hamil’
b.
Pribahasa
Definisi pribahasa menurut
paraahli, antara lain:
(1)
Kalimat atau kelompok perkataan yang
biasanya mengiaskan sesuatu maksud tertentu (Poerwadarminta,1976:738); (2)
kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannyaa dan biasanya mangiasakan maksud
tertentu; (3) ungkapan atau kalimat ringkas, padat yang berisi perbandingan,
perumpamaan, nasihat, prinsip hidup, atau gambaran tingkah laku (KBBI, 1988:
671).
Pribahasa adalah salah satu bentuk
idiom berupa kalimat yang susunanya tetap dan perlambangan kehidupan. Pribahasa
itu meliputi (1) pepatah, (2) perumpamaan, dan (3) pameo.
1. Pepatah (bidal)
Pepatah didefinisikan sebagai:
(1) Pribahasa
yang mengandung nasihat, peringatan atau sindiran (KBBI, 1988:144), (2) berupa
ajaran dari orang-orang tua (poerwadarminta, 1976: 714), (3)kadang-kadang
merupakan undang-undang dalam masyarakat (Zakaria & Sopyan, 1975:35).
Contoh:
- air tenang menghanyutkan = ‘orang yang pendiam tetapi berilmu
banyak’.
- berjalaan peliharalah kaki, berkata peliharalah lidah = ‘ dalam
bekerja selalu ingat lah tuhan dan berhati-hati’.
- hancur badan dikandung tanah, budi baik dikenang jua = ‘budi baik
takan dilupakan orang’.
- kasih
ibu sepaanjang jalan, kasih anak sepanjang penggalan = ‘kasih ibu kepada
anaknyya tiada putus-putusnya, namun kasih sayang anak kepada ibu sedikit
sekali’.
-
mati mati mandi biar basah = ‘ melakukan sesuatu jangan
tanggung-tanggung’.
- nasi sudah menjadi bubur = ‘ perbuatan yang salah sudah terlanjur’.
-
pasar jalan karena diturut, lancer dikaji karena diulang
= ‘ pekerjaan yang biasa dikerjakan tentu akan mahir’.
- rambut sama hitam, hati masing-masing = ‘ kesukaan setiap orang
pasti berbeda’.
-
setinggi -tinggi terbang bangau, hinggap ke kubangan juga =
‘ kemana saja orang pergi, tentu kelak akan kembbali ke kampong halaman’.
- tiada rotam akar pun berguna = ‘ jika tidak ada yang baik, yang
jelek pun digunakan’.
2. Perumpamaan
Perumpamaan
ialah pribahasa yang berisi perbandingan dari kehidupan manusia. Ciri utama
dari perumpamaan ialah adanya kata-kata bagai, laksana, seperti, dan
sebagaainya.
Contoh :
- Bagai air di daun talas =
orang yang tidak tetap pribadiannya’.
-
hati bagai baling-baling =
‘pikiran yang tidak tetapp’.
- laksana burung dalam sangkar =
‘seseorang yang terikat keadaan’.
- seperti pungguk merindukan bulan =
‘mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin tercapai’.
- seperti air dalam skam = ‘kejahatan
yang berlaku diam-diam’.
c. Pemeo
Pemeo
ialah ungkapan atau pribahasa yang dijadikan semboyan (kridalaksana, 1982:123).
Pada awalnya, pemeo merupakan ejekan (olok-olok, sindiran) yang menjadi buah
mulut orang; perkataan yang lucu untuk menyindir (KBBI,1988:662). Pemeo ialah
salah satu bentuk idiom yang terjadi dari ungkapan atau pribahasa yanag
dijadikan semboyan hidup.
Contoh
:
-
Bersatu
kita teguh, bercerai kita runtuh.
-
Daripada
berputih mata, lebih baik berputih tulang.
-
Esa
hilang dua terbilang.
-
Patah
tubuh hilang berganti.
-
Ringan
sama dijingjing, berat sama dipikul.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Idiom
atau ungkapan adalah ringksan kata yang menghasilkan makna kisan . Makna kisan
tersebut tidak diturunkan dari makna kata-kata yang membentuknya. Ketika dua
buah kata dirangkai menjadi sebuah idiom, maka makna dari gabungan tersebut
akan berbeda dari makna kata-kata
asalnya. Dan Idom juga juga sengaja dipakai untuk menghindari kata-kata yang
kurang baik nilai rasanya.
Daftar Pustaka
Sudaryat, Yayat. 2009. Makna dalam Wacana. Bandung: Yrama Widia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar