MODEL PEMBELAJARAN DAN
TEORI BELAJAR
YANG MENDUKUNGNYA
Makalah Ini
Diajukan Untuk Memenuhi salahsatu Tugas Kelompok
Mata Kuliah
“Pembelajaran
Bahasa’’
Dosen : Mia
Fatimatul Munsi, S.Pd., M.Pd
oleh :
Kelompok 7
Asep Kurnia
Diki Hilman
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN
SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SURYAKANCANA
CIANJUR
2016
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan
hati, penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Tugas
ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pembelajaran Bahasa.
Penulis menyadari bahwa
banyak sekali kesulitan dan hambatan dalam menyelesaikan makalah ini, dan
makalah ini masih jauh dari sempurna karena itu kritik dan saran dari berbagai
pihak, penulis harapkan guna perbaikan dan penyempurnaan.
Akhirnya penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membatu dalam penyelesaian makalah yang berjudul “Model
Pembelajaran dan Teori Belajar Yang Mendukungnya”. Semoga makalah ini dapat
berguna bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Cianjur,14 Oktober 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan
Masalah.......................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Belajar dan Pembelajaran............................................................... 3
2.2 Pengertian
Model Pembelajaran....................................................................5
2.3 Teori-Teori
belajar Modern yang melandasi pembelajaran………………. 5
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan......................................................................................................
DAFTRAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagaimana telah diketahui bahwa
dalam kegiatan belajar mengajar banyak faktor yang memegang peran antara lain
guru dan siswa sebagai pelakunya, proses belajar mengajarnya itu sendiri,
fasilitas pendukung yang tersedia, lingkungan tempat berlangsungnya kegiatan
belajar mengajar tersebut dan lain sebagainya.
Namun dalam pengamatan serta pengalaman selama ini ternyata
banyak sekali keluhan para guru yang mengajar salah satu mata pelajaran. Salah
satu diantaranya adalah rendahnya kemampuan siswa dalam mempelajari mata
pelajaran tersebut, di lain pihak guru pada umumnya masih kurang memperhatikan
kemampuan siswa dan pembelajaran masih terpusat pada guru (teacher center).
Padahal pembelajaran matematika merupakan usaha membantu siswa mengkontruksi
pengetahuan melalui proses (Marpaung: 2006). Proses tersebut dimulai dari
pengalaman, sehingga siswa harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk
mengkontruksi sendiri pengetahuan yang harus dimiliki.
Oleh sebab itu maka kami sedikit memberikan konstribusi
tentang model dan teori belajar yang dapat mendukung dalam proses pembelajaran.
Karena dalam proses pembelajaran dapat diikuti dengan baik dan menarik
perhatian siswa apabila menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan
tingkat perkembangan siswa dan sesuai dengan materi pembelajaran.
1.2 Rumusan Masalah
- Apa hakikat dari belajar dan pembelajaran ?
- Bagaimankah model pembelajaran yang dapat di gunakan ?
- Teori-teori apa sajakah yang melandasi model pembelajaran modern ?
1.3 Tujuan
- Di ajukan untuk memenuhi tugas kuliah pembelajaran bahasa.
- Pembaca dapat memahami hakikat belajar, pengertian model serta teori-teori yang melandasinya dalam pembelajaran.
- Bisa memberikan konstribusi kepada rekan-rekan mahasiswa sebagai calon guru.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Belajar Dan Pembelajaran
- Pengertian
Belajar merupakan suatu proses
interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya, yang mungkin berwujud
pribadi, fakta, konsep ataupun teori. Sehingga proses belajar senantiasa
merupakan perubahan tingkah laku, dan terjadi karena hasil pengalaman, sehingga
dapat dikatakan terjadi proses belajar apabila seseorang menunjukkan tingkah
laku yang berbeda. Mengenai perubahan itu, menurut Bloom meliputi tiga
ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Anthony robbins, mendefenisikan
belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang
sudah dipahami dan sesuatu yang baru. Dari defenisi tersebut, dimensi
belajar memuat beberapa unsure yaitu : penciptaan hubungan, sesuatu hal yang
sudah dipahami dan sesuatu yang baru. Jerome brunner dalam ( Romberg &
Kaput, 1999) bahwa belajar adalah sesuatu proses aktif dimana siswa membagun
pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahuan yang sudah dimilikinya.
Dalam pandangan konstruktivisme
“belajar” bukanlah semata-mata mentransfer pengetahuan yang ada diluar dirinya
, tetapi belajar lebih pada bagaimana otak memproses dan menginterprestasikan
pengalaman yang baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya dalam format
yang baru. Proses pembangunan ini bisa melalui asimilasi atau akomodasi
(Mc Mahon, 1996). Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu
yang terjadi melalui pengalaman dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan
tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir.
Pembelajaran merupakan aspek
kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Secara
simple dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara
pengembangan dan pengalaman hidup. Pada hakikatnya pembelajaran adalah
usaha sadar oleh seseorang guru untuk membelajarkan kepada sisiwanya dalam
rangka mencapai tujuan yang diharapkan. 2. Efektifitas Pembelajaran
Dalam praktek proses pembelajaran
masing sering didapatkan pola yang masih bersifat transmisif, yaitu pengajar
selalu mentransfer konsep-konsep secara langsung pada peserta didik. Sehingga
siswa menjadi pasif dalam menyerap struktur pengetahuan yang diberikan guru
atau dalalm buku pelajaran.
Sehingga interaksi social dalam
belajar ini menjadi sangat penting dalam belajar. Vygotsky (dalam Ackerman,
1996) berpendapat bahwa belajar adalah proses social konstruksi yang
dihubungkan oleh bahasa dan interaksi social.
Untuk mengahadapi hal tersebut maka
perlu pembelajaran yang efektif. Keefektifan pembelajaran adalah hasil guna
yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar. Efesiensian dan
keefektifan mengajar dalam proses interaksi belajar yang baik adalah segala
daya upaya guru untuk membantu para siswa agar bisa belajar dengan baik. Suatu
pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi persyaratan berikut :
1. Persentasi waktu belajar siswa yang
tinggi dicurahkan terhadap KBM.
2. Rata-rata perilaku melaksanakan tugas
yang tinggi diantara siswa.
3. Ketetapan antara kandungan materi
ajaran dengan kemampuan siswa (orentasi keberhasilan belajar) diutamakan.
4. Mengembangkan suasana belajar yang
akrab dan positif mengembangkan struktur kelas yang mendukung.
Keefektifan dalam pembelaran juga
memerlukan guru yang efektif. Dalam hal ini guru yang selalu berusaha agar anak
didiknya terlibat secara tepat dalam suatu mata pelajaran dengan persentasi
waktu belajar akademis yang tinggi dan pelajaran berjalan tanpa menggunakan
teknik yang memaksa, negative, ataupun hukuman.
2.2
Pengertian
Model Pembelajaran
Model
dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk mepersentasikan
sesuatu hal. Sesuatu yang nyata dan dikonversi untuk sebuah bentuk yang lebih
komprehensip.
Dari istilah
pengertian belajar dan model tersebut dapat dimaksudkan bahwa model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistimatis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan
para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Istilah
model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode
atau prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat ciri yaitu :
1. Rasional teorotis logis yang disusun
oleh para pencipta atau pengembangnya;
2. Landasan pemikiran tentang apa dan
bagaimana siswa belajar
3. Tingkah laku mengjara yang
diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil
4. Lingkungan belajar yang diperlukan
agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Kardi dan Nur, 2000: 9)
2.3
Teori-teori
Belajar Modern Yang Melandasi Model Pembelajaran
Pada mulanya
teori-teori belajar dikembangkan oleh para ahli psikologi dan kegiatan belajar
itu cenderung diketahui sebagai suatu proses psikologi, terjadi di dalam diri
seseorang. Oleh karena itu sulit diketahui dengan pasti bagaimana terjadinya.
Karena prosesnya begitu kompleks, maka timbul beberapa teori tentang belajar.
Dalam hal ini antara lain teori ilmu jiwa daya, ilmu jiwa gestalt, ilmu jiwa
asosiasi dan kontruktivisme (Sardiman, 2003: 30).
Teori
belajar menurut ilmu jiwa daya: jiwa manusia itu terdiri bermacammacam daya dan
masing-masing daya dapat dilatih untuk memenuhi fungsinya. Menurut ilmu jiwa
Gestalt menyatakan bahwa kegiatan belajar bermula pada suatu pengamatan.
Teori belajar yang lain yakni teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi yang
terdiri dari Konektionisme dari Thorndike dan teori Conditioning dari Pavlov.
Gagne,
seperti yang dikutip oleh Mariana (1999: 25) menyatakan untuk terjadinya
belajar pada diri siswa diperlukan kondisi belajar, baik kondisi internal
maupun kondisi eksternal.
Kondisi
internal merupakan peningkatan memori siswa sebagai hasil belajar terdahulu.
Kondisi eksternal meliputi aspek atau benda yang dirancang atau ditata dalam
suatu pembelajaran. Hasil belajar, Gagne seperti dikutip oleh Mariana (1999:
25) menyatakan dalam lima kelompok, yaitu inetelkual skill, cognitive strategy,
verbal information, motor skill, dan attitude.
1.
Teori
Belajar Kontruktivisme
Teori ini menyatakan bahwa siswa
harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mngecek
informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan
itu tidak lagi sesuai.
Guru tidak hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada siswa, tetapi juga memberi kesempatan siswa untuk menemukan
dan menerapkan ide-ide mereka sendiri. Siswa harus membangun sendiri
pengetahuan di dalam benaknya.
2.
Teori
Perkembangan Kognitif Piaget
Teori ini memandang perkembangan
kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem makna
dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi
mereka.
Empat tingkat perkembangan kognitif:
1. Sensorimotor: lahir-2 tahun
2. Praoperasional: 2-7 tahun
3. Operasi konkret: 7-11 tahun
4. Operasi formal: 11 tahun sampe
dewasa
Implikasi penting dalam model
pembelajaran dari teori Piaget:
1.
Memustakan
perhatian pada berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar pada hasilnya.
2.
Memperhatikan
peranan pelik dari inisiatif anak sendiri, keterlibatan aktif adalam kegiatan
pembelajaran.
3.
Memaklumi
akan adanya perbedaan individual adalam hal kemajuan perkembangan.
3. Metode Pengajaran John Dewey
Metode reflektif di dalam
memecahkana masalah, yaitu proses berpikir aktif, hati-hati, yang dilandasi
proses berpikir ke arah kesimpulan-kesimpulan yang definitif melalui lima
langkah:
1. Siswa mengenali masalah..
2. Siswa menyelidiki dan menganalisa.
3. Menghubungkan hasil analisa dan
mengumpulkan berbagai kemungkinan untuk dipecahkan.
4. Melakukan hipotesis
5. Mempraktekkan salah satu kemungkinan
pemecahan masalah.
Bekerja sangat penting karena memberikan pengalaman yang
dapat memimpin orang berpikir sehingga dapat bertindak bijaksana dan benar.
4.
Teori
Pemrosesan Informasi
Teori ini menjelaskan pemrosesan,
penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak.
a. Pentingnya Pengetahuan Awal
Yaitu sekumpulan pengetahuan dan pengalaman individu yang
diperoleh sepanjang perjalanan hidup mereka, dan apa yang ia bawa kepada suatu
pengalaman belajar baru (Nuur, 2000: 11)
b. Register Penginderaan
Register penginderaan menerima sejumlah besar informasi dari
indera. Register penginderaan ini, mengalami pemrosesan awal melalui:
–
Persepsi
–
Psikologi Gestalt
–
Perhatian
c. Memori Jangka Pendek
Menurut Miller seperti yang dikutip dalam Nur (1998b: 9),
memori jangka pendek mempunyai kapasitas 5-9 bits informasi.
d. Memori Jangka Panjang
Yaitu tempat di mana pengetahuan disimpan secara permanen
untuk dipanggil lagi kemudian, apabila ingin dugunakan (Arends, 1997: 251).
Tulving (1985) seperti yang dikutip oleh Nur (1998b: 13), membagi memori jangka
panjang menjadi tiga bagian, yaitu:
–
Memori episodic
–
Memori semantic
–
Memori procedural
Memori jangka panjang ini dapat diperkuat dengan beberapa
cara:
–
Tingkat pemrosesan
– Kode
ganda
–
Pemrosesan transfer-cocok
5.
Teori
Belajar Bermakna David Auseble
Inti teori ini adalah belajar
bermakna. Yaitu suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep
relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang (Dahar, 1988: 137).
6.
Teori
Penemuan Jerome Bruner
Bruner
menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan sendirinya memberi hasil yang
paling baik. Berusaha snediri untuk mencari pemecahan masalah serta pengethauan
yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna (Dahar,
1988: 125).
7.
Teori
Pembelajaran Sosial Vygotsky
Teori ini
menekankan pada aspek sosial dari pembelajaran. Menurut Vygotsky bahwa proses
pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang
belum dipelajari, anmun tugas-tugas tersebut masih berada dalam jangkauan
mereka disebut dengan zone of proximal development (daerah tingkat perkembangan
sedikit di atas daerah perkembangan seseorang saat ini).
Satu lagi
ide penting dari Vygotsky adalah scaffolding yaitu pemberian bantuan kepada
anak selama tahap-tahap awal perkembangannya dan mengurangi bantuan tersebut
dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggungjawab yang
semakin besar segera setelah anak dapat melakukannya.
8.
Teori
pembelajaran prilaku
Skinner
merupakan salah satu tokoh yang sangat berperan dalam teori pembelajaran
perilaku yang telah mempelajari hubungan antara tingkah laku dan konsekuensinya
mengemukakan bahwa belajar merupakan perubahan perilaku (Gredler, 1994:177
Prinsip yang
paling penting dari teori belajar prilaku adalah bahwa perilaku berubah sesuai
dengan konsekuensi-konsekuensi langsung dari perilaku tersebut. Konsekuensi
tersebut ada yang menyenangkan disebut penguat (rainforcer) dan ada pula
yang tidak menyenangkan atau disebut hukuman (punisher).
Adapun
tujuan adanya konsekuensi tersebut adalah untuk mengubah perilaku peserta
didik. Penggunaan konsekuensi ini disebut pengkondisian operan (operant
condition).
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Belajar merupakan suatu proses
interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya, yang mungkin berwujud
pribadi, fakta, konsep ataupun teori. Sedangkan pembelajaran pada hakikatnya
adalah usaha sadar oleh seseorang guru untuk membelajarkan kepada sisiwanya
dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.
Keefektifan pembelajaran adalah
hasil guna yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar.
Efesiensian dan keefektifan mengajar dalam proses interaksi belajar yang baik
adalah segala daya upaya guru untuk membantu para siswa agar bisa belajar
dengan baik.
Model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistimatis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai
pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan
aktivitas belajar mengajar.
Teori-teori Belajar Modern Yang
Melandasi Model Pembelajaran
1. Teori belajar konstruktivisme
2. Teori perkembangan kognitif piaget
3. Metode pengajaran john dewey
4. Teori pemrosesan informasi
5. Teori belajar bermakna david ausubel
6. Teori penemuan Jerome bruner
7. Teori pembelajaran social vygotsky
8. Teori pembelajaran prilaku
DAFTAR PUSTAKA
Trianto. 2009. Mendesain
Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Cetakan ke-1. Kencana Prenada Media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar